PIKIRAN-RAKYAT.COM (19/06/2025) | Perhutani KPH Purwodadi merubah kawasan hutan menjadi sentra agroforestri tebu demi mendukung Ketahanan Pangan Nasional dan pemanfaatan hutan produksi.
Program ini melibatkan kemitraan strategis antara Perhutani, PG Trangkil, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dari empat desa di Purwodadi.
Lahan seluas 63,76 hektare yang berada di wilayah BKPH Karangasem dan BKPH Tumpuk akan dimanfaatkan untuk penanaman tebu secara berkelanjutan.
Empat LMDH yang terlibat dalam program ini antara lain LMDH Subur, Wana Tirta, Hutan Lestari, dan Dokoro Hutan Lestari dengan peran utama di lapangan.
Hasil panen dari tanaman tebu yang dikelola oleh LMDH nantinya akan diserap seluruhnya oleh PG Trangkil sebagai mitra industri gula.
Langkah ini menjadi model sinergi antara pengelolaan hutan dan industri pangan dalam menciptakan rantai pasok tebu yang efisien dan ramah lingkungan.
Kepala Seksi Produksi dan Ekowisata Perhutani KPH Purwodadi, Kastur, mengatakan sinergi ini menguatkan peran hutan dalam mendukung pangan.
“Perhutani mendukung penuh penguatan ketahanan pangan melalui skema agroforestri yang ramah lingkungan,” ujar Kastur pada Rabu, 19 Juni 2025.
Ia menegaskan, “Dengan menggandeng LMDH sebagai pelaksana di lapangan dan PG Trangkil sebagai offtaker hasil panen, kami memastikan bahwa hutan tetap lestari.”
Menurutnya, model ini menjamin masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi dan industri memperoleh pasokan bahan baku secara berkelanjutan.
Kerjasama ini juga menjadi bukti nyata implementasi Sustainable Forest Management melalui sistem agroforestri tebu yang adaptif dan terencana.
Perwakilan PG Trangkil, Enggaryanto, menyambut baik kolaborasi ini sebagai solusi untuk menjawab tantangan rantai pasok industri gula nasional.
“Kami menyambut baik inisiatif Perhutani dan LMDH untuk mendukung penyediaan bahan baku tebu secara lokal,” ungkap Enggaryanto dalam sambutannya.
Ia menambahkan, “Dengan kerjasama ini, rantai pasok menjadi lebih pendek, petani hutan mendapat kepastian pasar, dan industri gula bisa beroperasi lebih optimal.”
Di sisi lain, Dwi Raharto dari LMDH Wana Tirta menyampaikan semangat petani desa hutan dalam menjalankan amanah pengelolaan lahan produktif tersebut.
“Kami merasa dilibatkan secara aktif dalam proses pembangunan,” tegas Dwi yang juga menyebut jaminan pembelian hasil panen sebagai motivasi utama.
Ia menambahkan, “Dengan adanya jaminan dari PG Trangkil dan pendampingan dari Perhutani, kami yakin dapat mengelola lahan tanpa mengesampingkan fungsi ekologis.”
Program ini juga dilengkapi pelatihan teknis budidaya tebu dan monitoring berkelanjutan agar kegiatan agroforestri tetap mengikuti prinsip konservasi tanah.
Pendampingan juga mencakup penguatan kelembagaan LMDH dan edukasi rotasi tanaman, pengendalian erosi, serta peningkatan produktivitas tebu.
Model agroforestri ini membuktikan bahwa hutan produksi bisa dimanfaatkan secara produktif tanpa merusak keseimbangan ekologis yang ada.
Langkah strategis ini menjadi solusi krisis lahan pertanian akibat urbanisasi dengan mendorong pemanfaatan hutan produksi sebagai lahan pangan.
Dengan agroforestri tebu berbasis masyarakat ini, peluang membangun Ketahanan Pangan Nasional dari wilayah perhutanan semakin terbuka luas.
Sumber : pikiran-rakyat.com