KEDU UTARA, PERHUTANI (07/07/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara bersama Kepolisian Resor (Polres) Wonosobo, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kejajar, serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Argo Lestari menggelar rapat koordinasi (rakor) terkait rencana pemanfaatan lahan di bawah tegakan melalui budidaya tanaman kopi arabika, sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan hutan secara produktif dan berkelanjutan, pada Sabtu (05/07).

Rakor yang berlangsung di Balai Desa Campursari ini dihadiri oleh jajaran Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonosobo, perwakilan dari Polres Wonosobo, Forkopimcam Kejajar, serta pengurus dan anggota LMDH yang berada di wilayah kerja BKPH Wonosobo.

Administratur KPH Kedu Utara melalui Kepala BKPH Wonosobo, Yossy Elfirani, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Perhutani untuk mendukung ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat sekitar hutan melalui sistem agroforestry. Penanaman kopi arabika di bawah tegakan dinilai sebagai bentuk sinergi antara pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Perhutani membuka ruang kolaborasi yang sehat dan legal antara Perhutani dan masyarakat melalui LMDH untuk mengelola lahan di bawah tegakan. Budidaya kopi arabika tidak hanya menjaga tutupan lahan, tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan,” ujar Yossy Elfirani.

Kapolres Wonosobo melalui Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polres Wonosobo, Rudi Sutrisno, dalam arahannya menekankan pentingnya sinergitas dan legalitas dalam setiap kegiatan pemanfaatan hutan agar tidak menimbulkan konflik horizontal maupun penyalahgunaan lahan.

“Kami mendukung penuh kegiatan yang bersifat produktif dan bermanfaat bagi masyarakat, selama tetap dalam koridor hukum yang berlaku dan tidak merusak ekosistem hutan,” jelasnya.

Ketua LMDH Argo Lestari, Tri Nur Subekti, yang hadir dalam acara tersebut menyambut baik program ini dan menyatakan kesiapan anggotanya untuk mengikuti pelatihan budidaya kopi arabika sekaligus menjaga kelestarian hutan.

“Kopi arabika dari lereng Pegunungan Wonosobo sudah dikenal berkualitas. Kami optimistis, melalui kerja sama yang baik ini, hasilnya akan berdampak langsung pada ekonomi anggota kami,” ungkapnya.

Rakor ini ditutup dengan kesepakatan bersama untuk segera menyusun rencana kerja dan pembinaan teknis budidaya kopi, termasuk pendampingan legalitas, pemasaran, serta monitoring berkelanjutan dari Perhutani dan pihak-pihak terkait. (Kom-PHT/Kdu/Eko)

Editor: Tri

Copyright © 2025