PURWODADI, PERHUTANI (11/07/2025) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung program ketahanan pangan dan energi nasional melalui inovasi berkelanjutan dalam program Agroforestry Tebu Mandiri, Jumat (11/07). Program unggulan yang sebelumnya telah mencatatkan hasil membanggakan di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bandung ini kini diperkuat dengan pemanfaatan dua teknologi tepat guna, yaitu soil pH detector dan alat kepras SI-Petruk.
Dari total rencana luas tanam sebesar 17,1 hektare yang tersebar di empat petak, program ini berhasil mencatat produktivitas panen (protas) sebesar 81,73 ton per hektare. Pada panen ke dua tahun 2025, dari target produksi sebesar 1.112,15 ton, realisasi produksinya justru melampaui ekspektasi hingga mencapai 1.392,2 ton atau 125 persen dari target. Capaian ini menjadi indikator kuat keberhasilan pengelolaan hutan produksi berbasis pemberdayaan masyarakat melalui sistem agroforestry.
Sebagai bagian dari pemeliharaan lahan pascapanen dan persiapan musim tanam berikutnya, Perhutani mulai menerapkan penggunaan soil pH detector untuk mengukur tingkat keasaman tanah. Data hasil pengukuran ini menjadi dasar pengambilan keputusan teknis, seperti kebutuhan pengapuran atau penambahan bahan organik, guna menjaga kesuburan dan keseimbangan tanah secara berkelanjutan.
Administratur KPH Purwodadi, Untoro Tri Kurniawan, menyampaikan bahwa penerapan teknologi ini merupakan bagian dari transformasi pengelolaan hutan berbasis data. “Dengan alat ini, perlakuan terhadap tanah menjadi lebih presisi dan hasil tanam bisa dioptimalkan. Ini bagian dari strategi KPH Purwodadi dalam mewujudkan agroforestry yang berbasis data dan ramah lingkungan,” ungkapnya.
Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan tanaman tebu, Perhutani juga memperkenalkan inovasi alat kepras rumput SI-Petruk (Sistem Pemeliharaan Tebu Terpadu dan Praktis), yakni alat potong rumput yang telah dimodifikasi khusus untuk mendukung efisiensi kegiatan kepras tebu. SI-Petruk mampu mempercepat proses pembersihan gulma di sekitar rumpun tebu secara merata serta menghemat tenaga kerja secara signifikan.
Penggunaan SI-Petruk terbukti sangat membantu para petani dan pekerja lapangan, terutama pada areal tebu yang luas dan memiliki kontur menantang. Alat ini juga mengurangi potensi kerusakan tanaman karena lebih stabil dan presisi dibandingkan metode manual atau alat konvensional.
Salah satu petani anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di BKPH Bandung, Sutrisno, membagikan pengalamannya. “Kalau pakai SI-Petruk, pekerjaan kepras jadi lebih ringan dan cepat. Petani bisa menghemat waktu dan hasilnya pun lebih rapi,” tuturnya.
Dukungan teknologi ini menjadi wujud nyata transformasi Perhutani dalam mengelola kawasan hutan produksi berbasis kemitraan masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya mengejar hasil produksi jangka pendek, tetapi juga memperhatikan aspek kelestarian sumber daya dan kesejahteraan petani hutan.
Dengan keberhasilan yang telah dicapai di BKPH Bandung, Perhutani KPH Purwodadi berencana mereplikasi model ini di wilayah BKPH lainnya, dengan menyesuaikan karakteristik lahan serta kebutuhan masyarakat lokal. Perpaduan antara pendekatan sosial, ekologis, dan teknologi diyakini menjadi kunci utama keberlanjutan dan kesuksesan program Agroforestry Tebu Mandiri ke depan. (Kom-PHT/Pwd/Aris)
Editor: Tri
Copyright © 2025