PIKIRAN-RAKYAT.COM (17/07/2025) | Perhutani KPH Gundih resmi menggelar panen perdana program Agroforestry Tebu Mandiri (ATM) di petak 71c RPH Pondok, BKPH Panunggalan.

Panen yang dilakukan pada lahan seluas 3,08 hektare ini menjadi penanda keseriusan Perhutani dalam memajukan sektor agroforestry, khususnya tanaman tebu.

Program ini sekaligus mempertegas komitmen KPH Gundih dalam mengelola hutan secara produktif demi mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal.

Hadir dalam kegiatan panen antara lain Waka Administratur Perhutani Gundih, jajaran PG Rajawali I Unit PG Rejo Agung Baru Madiun, serta pekerja lokal.

Menariknya, pemanenan tebu ini melibatkan masyarakat sekitar yang sebelumnya dibekali pelatihan teknis oleh petugas Perhutani guna hasil panen optimal.

Pemberdayaan warga lokal dalam kegiatan tebang dan angkut tebu menjadi bukti bahwa program ini tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga pro-rakyat.

Menurut Dwi Anggoro, Waka Administratur Perhutani Gundih, program ATM merupakan bagian dari strategi nasional menuju swasembada gula.

“Pengembangan tebu ini juga bertujuan meningkatkan perekonomian warga serta menjadikan lahan tidak produktif menjadi bernilai,” ungkap Dwi.

Ia menambahkan bahwa dari 2022 hingga 2025, total luas lahan ATM KPH Gundih mencapai 66,31 hektare di BKPH Monggot, Dalen, dan Panunggalan.

Program ini tidak hanya menjanjikan hasil pertanian, tapi juga memperkuat sinergi antara BUMN, petani lokal, dan pelaku industri gula nasional.

Perhutani KPH Gundih terus menjalin kerja sama erat dengan PG Rejo Agung Baru sebagai mitra utama dalam pengelolaan hasil panen tebu tersebut.

Perwakilan PG Rajawali I, Kevin Windika, menyatakan bahwa pihaknya optimis program ATM akan memberi hasil manis bagi kedua belah pihak.

“Kami berterima kasih kepada Perhutani atas kepercayaan ini. Kami akan maksimalkan potensi tebu di wilayah Gundih,” ujar Kevin.

Ia juga menegaskan komitmen penuh PG Rejo Agung Baru untuk memastikan setiap batang tebu diproses efisien menjadi gula berkualitas tinggi.

PG Rejo Agung Baru juga menyiapkan armada dan SDM terlatih guna mengatasi potensi hambatan logistik selama masa panen berlangsung.

Di sisi lain, masyarakat sekitar hutan mulai merasakan manfaat langsung, terutama dari sisi tambahan pendapatan dan lapangan kerja baru.

Kehadiran ATM memberikan ruang inklusif bagi warga desa untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan agroforestry tebu yang berkelanjutan.

Dengan pembekalan teknis, para pekerja lokal kini memiliki keterampilan baru yang membuka peluang kerja lebih luas di sektor kehutanan.

Proses penebangan dan pengangkutan yang sistematis juga mencerminkan transformasi pengelolaan hutan dari model konservatif menjadi adaptif.

Perhutani KPH Gundih tidak hanya fokus pada hasil panen, tetapi juga menciptakan sistem tata kelola yang efisien dan kolaboratif dengan mitra.

Panen perdana ini sekaligus menjadi contoh nyata keberhasilan integrasi program agroforestry tebu dalam sistem kehutanan sosial.

Program Agroforestry Tebu Mandiri di bawah Perhutani KPH Gundih menunjukkan bahwa hutan bisa menjadi sumber ekonomi baru yang inklusif.

Sumber : pikiran-rakyat.com