KEDU UTARA, PERHUTANI (17/10/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara turut mendukung dan menghadiri kegiatan penanaman kopi di Desa Lamuk, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo, masuk kawasan hutan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kleseman Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonosobo, Selasa (14/10). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan reboisasi yang diinisiasi oleh komunitas lingkungan Jagad Tunas Bumi (JATUBU), dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat dan instansi, antara lain Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Dinas Kehutanan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), komunitas pemuda, serta pasukan Ojek Sumbing.

Gerakan reboisasi tersebut menargetkan penanaman sebanyak 23.000 bibit kopi di berbagai titik lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Kegiatan ini menjadi puncak dari rangkaian penanaman yang telah dilaksanakan sejak 11 Oktober 2025 di sejumlah desa sekitar, antara lain Talunombo, Igirmranak, Campursari, dan Lamuk. Melalui kegiatan ini, para pihak berupaya mendorong sinergi antara pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

Administratur KPH Kedu Utara, Maria Endah Ambarwati, hadir langsung dalam kegiatan tersebut menegaskan bahwa Perhutani selalu terbuka untuk kolaborasi lintas pihak dalam menjaga kelestarian hutan dan mendukung ekonomi masyarakat desa hutan.

“Perhutani mendukung penuh kegiatan reboisasi yang sejalan dengan prinsip multi purpose forestry. Penanaman kopi merupakan langkah konkret untuk menjaga tutupan hutan sekaligus memberi nilai tambah bagi masyarakat. Perhutani juga berkomitmen untuk terus bersinergi dengan pemerintah daerah, lembaga masyarakat, dan komunitas lokal dalam pengelolaan hutan yang berkeadilan dan berkelanjutan,” tutur Maria Endah.

Pada kesempatan tersebut, Maria juga menegaskan bahwa Perhutani siap memfasilitasi upaya penyelarasan data dan batas kawasan bersama dinas terkait agar pelaksanaan program kehutanan tidak menemui kendala administratif. Ia berharap kegiatan serupa dapat menjadi contoh kolaborasi nyata antara masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan hutan berwawasan lingkungan.

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, dalam sambutannya memberikan apresiasi atas semangat gotong royong dan komitmen seluruh pihak yang terlibat dalam gerakan penanaman kopi tersebut.

“Gerakan ini bernilai besar, karena tidak hanya merawat hutan tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Jika kolaborasi seperti ini diperkuat dengan regulasi, kelompok tani akan merasakan langsung hasilnya,” ujar Bupati Afif.

Sementara itu, di tengah semangat reboisasi, Ketua Umum JATUBU, Mantep Abdul Ghoni, menyoroti masih adanya persoalan mendasar di lapangan, khususnya terkait batas wilayah dan pangkuan lahan antara Perhutani dan kawasan kehutanan sosial.

“Ketika kami turun ke lapangan, sering kali data luasan belum jelas. Ini bukan sekadar miss teknis, tapi juga menyangkut kewenangan dan dasar hukum.” ungkapnya.

Kegiatan reboisasi kopi di lereng Sindoro–Sumbing menjadi simbol sinergi dan kepedulian terhadap keberlanjutan ekosistem hutan. Melalui keterlibatan aktif berbagai pihak, Perhutani bersama para pemangku kepentingan berkomitmen menjaga keseimbangan antara fungsi ekologis dan ekonomi kawasan hutan. Ke depan, kegiatan seperti ini diharapkan tidak hanya berhenti pada momentum penanaman, tetapi juga berlanjut dalam perawatan, pendampingan kelompok tani, dan pembinaan berkelanjutan.

Dengan kolaborasi yang erat, sinkronisasi data yang akurat, serta dukungan kebijakan yang berpihak, hutan akan semakin lestari dan masyarakat sekitar hutan semakin sejahtera. Sinergi ini menjadi kunci utama menuju pengelolaan hutan yang produktif, partisipatif, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (Kom-PHT/Kdu/Nurul)

Editor: Tri

Copyright © 2025