PURWODADI, PERHUTANI (22/10/2025) | Dalam rangka mengawali kegiatan tebangan tanaman tebu kemitraan, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi menggelar acara selametan atau bancaan di lahan tebu petak 87B1 seluas 7,4 hektare wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Jangglengan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jatipohon, Selasa (21/10).

Acara ini dihadiri oleh jajaran petugas BKPH Jatipohon, anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jati Makmur, serta sejumlah tenaga kerja dari warga sekitar hutan. Mereka bersama-sama melaksanakan doa dan tasyakuran sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang akan dipanen, sekaligus memohon keselamatan dan kelancaran dalam proses tebangan tebu.

Tradisi bancaan dimulai dengan doa bersama, dilanjutkan dengan pembagian nasi tumpeng dan ingkung ayam, yang menjadi simbol kebersamaan, rasa syukur, serta harapan agar hasil panen tebu membawa keberkahan bagi semua pihak. Nilai-nilai adat dan budaya Jawa ini tetap dijaga oleh masyarakat sekitar hutan, sebagai wujud harmonisasi antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Administratur KPH Purwodadi melalui Kepala BKPH Jatipohon, Tutut Sugianto, menjelaskan bahwa kegiatan selametan tersebut bukan hanya menjadi tradisi spiritual, tetapi juga mencerminkan semangat kebersamaan dan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.

“Melalui kegiatan tebang tebu kemitraan ini, Perhutani berupaya mewujudkan pengelolaan hutan yang produktif dan berkelanjutan. Program Agroforestry Tebu dengan skema kemitraan yang kami jalankan bersama Koperasi Warga Perhutani (KWPHT) dan masyarakat sekitar, merupakan bentuk sinergi untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus menjaga kelestarian ekosistem hutan,” terangnya.

“Kami ingin memastikan bahwa hasil hutan tidak hanya berupa kayu, tetapi juga hasil pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengurangi fungsi hutan itu sendiri,” imbuhnya.

Ketua LMDH Jati Makmur, Saryono, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat semangat gotong royong antara masyarakat desa hutan dan Perhutani.

“Kami bangga bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Selametan ini bukan sekadar tradisi, tapi juga menjadi pengingat bahwa manusia harus selalu selaras dengan alam. Dengan menjaga hutan, kami juga menjaga sumber kehidupan kami. Melalui kemitraan ini, masyarakat bisa memperoleh penghasilan tanpa harus merusak hutan,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu tenaga kerja lokal, Riyanto, mengaku senang bisa ikut serta dalam kegiatan tersebut. “Kegiatan seperti ini membawa semangat positif bagi kami. Selain bekerja, kami juga diajak untuk tetap menghormati alam. Harapan kami, tebangan tebu berjalan lancar, hasilnya baik, dan bisa membantu ekonomi keluarga kami,” ucapnya dengan penuh harap.

Kegiatan selametan ini menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan hutan berbasis masyarakat tidak hanya berorientasi pada hasil ekonomi, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai sosial dan budaya yang luhur. Melalui kolaborasi antara Perhutani, koperasi, dan masyarakat, diharapkan keberlanjutan hutan dapat terjaga, ketahanan pangan nasional semakin kuat, serta kesejahteraan masyarakat sekitar hutan terus meningkat. (Kom-PHT/Pwd/Aris)

Editor: Tri

Copyright © 2025