BANYUWANGI BARAT, PERHUTANI (09/11/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat memberikan pembekalan kepada Mahasiswa Magang dari Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang dengan menyampaikan sejarah lokal Banyuwangi yang berada di kawasan hutan, yang berlangsung di Tetenger Puputan Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, pada Minggu (09/11).

Administratur Perhutani KPH Banyuwangi Barat yang diwakili Asisten Perhutani (Asper) BKPH Rogojampi Adi Raharjo mengatakan, bahwa Mahasiswa Politani sedang melakukan Magang di KPH Banyuwangi Barat dan saat ini berada di wilayah kerjanya untuk belajar pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perhutani.

“Mereka tidak hanya belajar tentang teknik kehutanan saja tapi kita juga sampaikan kearifan lokal berupa sejarah Banyuwangi di dalam kawasan hutan yaitu perang puputan bayu,” kata Adi.

Lebih lanjut Adi menjelaskan,  “Tetenger Puputan Bayu” adalah sebuah monumen untuk memperingati Perang Puputan Bayu, dibangun di persimpangan jalan masuk kawasan hutan untuk mengenang peristiwa perlawanan rakyat Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Jagapati melawan VOC Belanda dimana lokasi puputan Bayu berada dalam kawasan hutan diseputaran Rowo Bayu.

“Puputan Bayu adalah perang besar yang terjadi antara pejuang Blambangan melawan VOC Belanda pada tahun 1771-1772 dipimpin oleh Mas Rempeg (Pangeran Jagapati), perang ini merupakan perlawanan “habis-habisan” untuk mempertahankan wilayah Blambangan dari cengkeraman VOC yang berakhir tragis dengan banyak korban jiwa di kedua pihak dan ditetap sebagai hari jadi Banyuwangi serta diperingati setiap tanggal 18 Desember.” terang Adi.

Sementara itu, Ketua Mahasiswa Magang Politani Kupang, Etwin mengatakan ketertarikannya akan sejarah Banyuwangi yang disampaikan oleh Pak Ibnul, ini menjadi pembelajaran bagi para generasi muda untuk memahami nilai-nilai luhur seperti rela berkorban dan cinta tanah air, itu menjadi fondasi kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik.

“Kita sebagai enerasi muda harus meneladani kegigihan para pejuang, perjuangan mempertahan kemerdekaan menyatukan berbagai suku, agama, dan budaya di Indonesia, untuk itu kita harus mempertahankan semangat persatuan, menghargai perbedaan, dan bekerja sama demi kemajuan bangsa, sesuai dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika,” pungkas Etwin. (Kom-PHT/Bwb/Eko)

Editor:Lra
Copyright©2025