TRIBUNNEWS.COM (06/12/2025) | Di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, populasi tanaman bambu tersebar di hutan maupun lahan di tepian sungai.

Data Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati meyebutkan bahwa area tanaman bambu berskala besar tersebar di berbagai titik, antara lain Tlogowungu, Gabus, dan Pucakwangi.Kepala Sub

Seksi Hukum Kepatuhan Agraria dan Komunikasi Perusahaan Perum Perhutani KPH Pati, Sulewi, menjelaskan bahwa bambu menyimpan banyak manfaat bagi lingkungan.

Di antaranya menahan erosi, meredam laju angin, dan mencegah pelebaran sungai.

Banyak manfaat tanaman bambu ini membuatnya perlu ditanam di Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) dan lahan-lahan hamparan.

Dalam hal ini, upaya reboisasi tanaman bambu sering dilakukan Perum Perhutani KPH Pati bersama Lembaga Masyarakat Dekat Hutan (LMDH).

Bahkan, beberapa tahun lalu Desa Regaloh, Kecamatan Tlogowungu, permah menjadi arboretum bambu.

Untuk diketahui, arboretum bambu merupakan kawasan khusus yang diperuntukkan bagi kegiatan mengoleksi, meneliti, melestarikan, dan mengembangbiakkan pelbagai jenis bambu.

Arboretum bambu juga bisa menjadi objek wisata edukasi, konservasi lingkungan, dan sarana praktikum.

“Dulu pernah diadakan arboretum bermacam-macam jenis bambu dari seluruh Indonesia di sini. Fungsinya untuk sarana belajar atau edukasi di bumi perkemahan,” jelas Sulewi, Sabtu (6/12/2025).

Menurut dia, bambu memang wajib ditanam di wilayah KPS.

Hal ini merupakan langkah untuk mencegah erosi yang terjadi di bantaran sungai.

Sejumlah titik dalam Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Perum Perhutani KPH Pati sendiri memiliki wilayah yang banyak tanaman bambunya.

Di sama, kendati bambunya bebas diambil oleh masyarakat, mereka hanya boleh menggunakannya untuk kebutuhan sendiri, bukan untuk diperjualbelikan.

Selain di BKPH Regaloh dan BKPH Muria, menurut Sulewi, di daerah selatan juga banyak bambu di wilayah BKPH Kuwawur Gabus, BKPH Lunggoh Pucakwangi, dan BKPH Barisan Jaken.

“KPS juga dianjurkan oleh Perhutani untuk menyediakan bibit bambu di tepian sungai supaya mencegah erosi,” papar dia.

Pada setiap KPS, masyarakat juga diimbau melestarikan area bambu di tepian sungai.

Idealnya, area tepian sungai punya kawasan bambu seluas 200 sampai dengan 300 meter persegi.

Keberadaan populasi bambu di pinggir sungai berperan sebagai tanggul alami.

Bambu berfungsi menahan area aliran air sungai supaya tidak ada pelebaran.

Dengan demikian, jika di tepi-tepinya ada bambu, sungai bukan melebar, melainkan bertambah dalam.

Keberadaan populasi tanaman bambu juga dapat mencegah bencana angin puting beliung.

“Ketika bambu tumbuh mengelilingi sebuah desa, maka desa itu aman dari sapuan angin kencang. Makanya bambu itu penting,” tutur dia.

Sulewi menegaskan, merawat bambu dalam konteks konservasi alam dan antisipasi bencana merupakan tanggungjawab bersama.

Sementara, Kepala BKPH Regaloh, Sudihartono, memaparkan bahwa ada bermacam jenis bambu di KPS Desa Regaloh, mulai dari jenis bambu duri, bambu wulung, bambu gading (pring kuning), bambu apus, dan bambu petung.

Pelbagai jenis bambu itu tumbuh di KPS tepi Sungai Regaloh dalam area seluas 4,3 hektare.

Semua bambu-bambu ini berguna sebagai penahan erosi di KPS. Sehingga terus dilestarikan oleh Perhutani dan masyarakat.

Sumber : tribunnews.com