PIKIRAN RAKYAT (12/3/2017) | Keindahan Gunung Burangrang yang sudah dikenal sejak zaman kolonial, selalu menjadi pemandangan menarik dilihat dari Kota Bandung yang lokasinya dikelilingi banyak gunung. Pada kaki gunung tersebut, terdapat banyak kawasan hutan dan perkebunan, yang sekaligus mempercantik kawasan utara Bandung.

Gambaran Gunung Burangrang di antaranya tercantum dalam buku Gids van Bandoeng en Midden Priangan yang disusun SA Reitsma dan WH Hoogland jilid 2, terbitan NV Mij Vorkink Bandung, tahun 1927, di mana buku tersebut juga tersimpan di Universitas Teknik Delft Belanda.

Dalam buku itu disebutkan, karena sekitarnya terdiri lintasan jurang yang dalam dan sejumlah lembah, kawasan kaki Gunung Burangrang berfungsi penahan erosi bagi Kota Bandung.

Dalam catatan itu, kaki Gunung Burangrang merupakan pemandangan cantik pada ketinggian 3.000 meter dari permukaan. Lereng Gunung Burangrang yang ditutupi hutan lebat, di sekelilingnya merupakan kawasan kaya sumber daya alam terentang di antara Cimahi dan Padalarang.

Di kaki Gunung Burangrang terdapat perkebunan kopi milik pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun-tahun itu juga ditemukan pohon-pohon kopi yang sudah berusia tua, serta berdiri dan pesanggrahan yang merupakan ciri khas sebuah perkebunankopi.

Pada masa itu, di bagian bawah kaki Gunung Burangrang, terdapat Perkebunan Sukawana, Afdeling Cisuren yang mengusahakan tanaman kina. Perkebunan Sukawana sendiri (kini bagian dari Kebun Bukitunggul PTPN Mil) pada tahun itu dibuka pula seba-gai tempat wisata bagi masyarakat.

Disebutkan pula, bagi masyarakat di Bandung masa itu, deretan Gunung Burangrang, Gunung Tangkubanparahu, dan Gunung Bukit Tunggul merupakan pemandangan serangkai dengan Ijzermanpark (kini Taman Ganesha ITB). Biasanya,masyarakat Kota Bandung sering melihat pemandangan itu saat cuaca sedang memungkinkan penampakan kawasan ketiga gunung itu.

Sementara itu, kawasan kehutanan di kaki Gunung Burangrang, diketahui merupakan kawasan hutan pinus yang dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Bandung Utara. Kawasan hutan pinus tersebut termasuk untaian kehutanan di utara Bandung, yang saling bersambungan antara kaki Gunung Burangrang dan Gunung Tangkubanparahu.

Soal fenomena alam di Gunung Burangrang, General Manager KBM Wisata dan Jasa Lingkungan Divre Jabar-Banten Perum Perhutani, Vismo Tri Kancono mengatakan, memang hal unik yang sering mengundang penasaran. Keunikan itu adalah dugaan ada fenomena tekanan udara pada beberapa titik di Gunung Burangrang pada ketinggian tertentu.

Beberapa pekan lalu, katanya, saat dirinya masih menjadi Administratur KPH Bandung Utara, mencoba menerbangkan sebuah pesawat drone di sekitaran hutan kawasan Gunung Burangrang. Pada titik-titik tertentu, pesawat drone yang diterbangkannya itu beberapa kali kesulitan terbang atau meningkatkan ketinggian di udara.

Walaupun demikian, katanya, kawasan kaki Gunung Burangrang diketahui memangmemiliki alam indah, dian taranya berupa kawasan hutan pinus dengan keseharian terdapat kabut permanen. Soalnya, kawasan hutan pinus itu baik pada musim hujan maupun kemarau pun, hampir selalu ada kabutnya sehingga selalu sejuk.

Ia menunjukkan, dalam lokasi kabut permanen pada hutan pinus itu, ada lokasi yang kini dinamai Bukit Senyum. Penamaan itu, asal mulanya adalah kebiasaan orang-orang yang berjalan-jalan menuju bukit itu. yang umumnya tersenyum lega atau kegirangan setelah mencapai bukit tersebut

Disebutkan, hutan Bulat Senyum berlokasi di hutan pinus Resor Burangrang Selatan, Kecamatan Cikalong Wetan. Lokasi hutan tersebut berdekatan dengan lokasi perkebunan teh Pangheotan (bagian dari PTPN Mil Kebun Panglejar), yang sekaligus dapat menjadi tempat melihat panorama maupun mengamati atau mempelajari fenomena alam kawasan Gunung Burangrang.

Menurut Wismo, karena sudah mulai ada masyarakat yang sengaja mengunjungi hutan Bukit Senyum, untuk mencari suasana udara segar, akhirnya kawasan itu resmi dijadikan tujuan wanawisata sejak 11 Februari 2017 lalu. Masyarakat yang menuju ke hutan Bukit Senvum bisa menempuhnya dari ruas Jalan Kolonel Masturi Cimahi atau dari Cihideung jalur Parongpong, Bandung Barat melintasi Perkebunan Pangheotan. (Kodar SolihatrPR”)

Sumber: Pikiran Rakyat, hal. 23

Tanggal: 11 Maret 2017