Cara yang ditempuh Bambang Harjito untuk menyampaikan pesan pelestarian lingkungan memang cukup unik. Tidak melulu dengan gembar-gembor di atas podium, tidak pula hanya sekadar membagikan brosur.
Tetapi, dia mengemas pesan tersebut lewat video klip album musik. SIGIT HARIYADI, Kalipuro NAMA Bambang BS mungkin sudah tidak asing lagi di telinga warga Banyuwangi, terutama mereka yang tinggal di wilayah selatan. Al bum musik Jawa Elite bertajuk “Ela-elo” telah mengantarkan pria ber nama asli Bambang Harjito, 52, tersebut terjun ke industri musik Bumi Blambangan.
Sekilas, memang tidak ada yang istimewa dari sosok Bambang. Namun jika ditelisik latar belakang pekerjaannya, mungkin Anda akan terkejut. Betapa tidak, pria yang me nyanyikan tiga lagu di album ter sebut ternyata sehari-hari bekerja sebagai pegawai Perum Perhutani Banyuwangi Utara. Tepatnya dia menduduki jabatan Kepala Urusan (Kaur) Humas dan Agraria (Hugra). Sama sekali tak nyambung memang.
Tetapi itulah kenyataannya. Bambang mengaku, pilihannya terjun ke dunia tarik suara bukan se kadar penyaluran hobi. Lebih dari itu, ada tujuan khusus yang ingin dia raih dari pilihan menekuni tarik suara tersebut.“Lewat album yang telah kami rilis sejak tahun 2012 tersebut, kami ingin mengajak masyarakat melestarikan hutan,” ujarnya saat ditemui dalam acara pengobatan gratis dan donor darah ultah ke-14 Jawa Pos Radar Banyuwangi di balai Kelurahan Kalipuro, Sabtu lalu (22/6).
Pria yang tinggal di Perum Kalirejo, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Kabat itu menambahkan, ajakan melestarikan hutan tersebut disampaikan secara tersirat. Caranya dengan menampilkan view hutan-hutan yang masih lestari di wilayah kerja Perum Perhutani Banyuwangi Barat, Selatan, dan Utara dalam video klip di album lagu tersebut.
Pemandangan hutan yang hijau itu lantas diimbangi dengan sawah yang tampak subur, serta kehidupan di alam pedesaan yang damai dan tenteram. “Dari video klip, tersebut setidaknya bisa menggugah masyarakat untuk bersama-sama melestarikan hutan. Sebab, jika hutan rusak, pertanian yang merupakan sumber perekonomian mayoritas warga Banyuwangi akan terganggu. Ujung-ujungnya, masyarakat sendiri yang rugi.
Sebaliknya, jika hutan terjaga, tidak gundul, hasil pertanian warga melimpah,” jelas suami Nunuk Ismiati, 40, tersebut. Uniknya, Bambang mengaku tidak segan mempromosikan sendiri album musik Jawa Elite “Ela-elo” tersebut. Tak jarang, ayah empat anak itu memberikan keping video compact disk (VCD) album tersebut secara cuma-cuma kepada sopir bus yang ditumpangi. Harapannya, keping VCD itu diputar di dalam bus agar lagu-lagu yang terdapat dalam album tersebut didengar dan disaksikan oleh para penumpang. Tidak cukup sampai di situ, kegiatan kantor pun tidak jarang dimanfaatkan untuk mempromosikan album musik tersebut.
Rapat Perhutani tingkat Jatim yang digelar di Surabaya beberapa waktu lalu misalnya. Kala itu, Bambang membawa ratusan keping VCD album lagunya. “VCD yang sama bawa nyaris ludes dibeli rekan-rekan kerja sesama karyawan Perhutani,” ujarnya seraya terkekeh. Di sisi lain, Bambang mengaku pilihannya menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jawa, itu dilandasi beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah untuk semakin memperkaya khazanah musik di Banyuwangi. Dia pun tidak memungkiri bahwa akhir-akhir ini, lagu-lagu berbahasa Osing tengah booming di kalangan warga Bumi Blambangan. “Justru dengan kehadiran musik berbahasa Jawa, kami ingin memperkenalkan sesuatu yang sedikit berbeda. Toh tidak sedikit warga Banyuwangi yang menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari, terutama di wilayah Banyuwangi Selatan,” paparnya.
Nah, masyarakat di wilayah Banyuwangi bagian selatan itulah yang menjadi sasaran utama pemasaran album Jawa Elite tersebut. Meski mengaku tidak tahu jumlah pasti keping VCD albumnya yang sudah terjual di pasaran, Bambang mengklaim album tersebut telah terjual sedikitnya 2.000 keping. “Dukungan reka-rekan kerja dan keluarga sangat membantu saya,” cetusnya. Sekadar tahu, di album Jawa Elite “Ela-Elo”, Bambang menyanyikan tiga lagu.
Di antaranya lagu berjudul “Sri Mardini”, dan “Opo Salahku”. Di satu lagu lain, Bambang berduet dengan penyanyi perempuan bernama Titis. Sama seperti Bambang, Titis tercatat sebagai seorang karyawati Perum Perhutani. Keunikan lain, tiga lagu yang dinyanyikan Bambang, tersebut diciptakan oleh seorang anggota Polres Banyuwangi, yakni Gatot Barowangi. “Seluruh penyanyi di album tersebut adalah karyawan Perhutani. S Mamang kami gandeng sebagai musikus,” papar Bambang.
Sementara itu, masih ada sisi menarik lain yang terdapat dalam diri Bambang. Selain piawai menyanyi, pria berkumis, ini juga jago bermain alat musik keyboard. Tidak hanya itu, Bambang kerap dipercaya menjadi master of ceremony (MC) dalam kegiatan kantor maupun di acara hajatan warga. “Beberapa kali saya diundang menyanyi, bermain keyboard, atau menjadi MC di acara hajatan warga. Bagi saya, yang utama bukan imbalan, melainkan persahabatan. Jadi, tarif yang saya patok untuk tampil di acara hajatan warga, itu pun tarif persahabatan,” pungkasnya seraya kembali terkekeh. (bay)
Sumber : Radar Banyuwangi, page 29
tanggal : 24 Juni 2013