TRIBUNNEWS.COM (23/09/2025) | Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, terdapat sebuah candi bersejarah dan sakral.
Namanya adalah Candi Kethek yang berlokasi di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Berada pada ketinggian sekitar 1.486 meter di atas permukaan laut, candi ini terletak sekitar 300 meter dari Candi Cetho, yang juga terkenal sebagai salah satu candi unik di kawasan tersebut.
Jika dari pusat Kota Solo, Candi Kethek ini berjarak 43 kilometer dan bisa ditempuh 1 jam 2 menit kendaraan bermotor.
Asal Usul Nama dan Lokasi
Nama “Kethek” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “kera”.
Masyarakat sekitar memberikan nama ini karena di area sekitar candi dahulu banyak dijumpai kera berkeliaran, bahkan lokasi ini sempat dikenal sebagai “istana” bagi para kera tersebut.
Hal ini juga menjadi ciri khas tersendiri yang membedakan Candi Kethek dari candi-candi lain di lereng Gunung Lawu.
Candi Kethek berada di dalam kawasan hutan pinus milik Perum Perhutani dan bisa dicapai dengan menempuh jalan setapak sekitar 300 meter dari Candi Cetho.
Rute ini melalui sungai kecil yang biasanya hanya mengalir air saat musim hujan.
Akses jalan masih berupa tanah dan terkadang licin saat hujan, sehingga pengunjung perlu berhati-hati saat berjalan.
Bentuk Arsitektur dan Struktur Candi
Candi Kethek memiliki bentuk teras bertingkat yang menyerupai piramida dengan empat tingkat teras.
Setiap teras dihubungkan oleh tangga batu, dan dari sisi depan, bangunannya sangat mirip piramida, meski candi ini tidak memiliki ruangan di dalamnya.
Teras keempat diyakini sebagai tempat berdirinya bangunan utama candi.
Di anak tangga paling bawah terdapat arca kura-kura, sebuah simbol yang sangat penting karena menghubungkan candi ini dengan mitologi Hindu, khususnya cerita Samudramanthana.
Arca kura-kura tersebut mewakili Dewa Wisnu yang berperan dalam cerita pengadukan lautan susu untuk mendapatkan air keabadian atau tirta amerta.
Sejarah dan Fungsi Religius
Berdasarkan temuan arca dan gaya arsitektur yang mirip dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh, Candi Kethek diperkirakan dibangun pada akhir masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-15 hingga ke-16.
Keberadaan candi ini merupakan bagian dari warisan budaya Hindu yang kuat di lereng Gunung Lawu.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Candi Kethek dipercaya memiliki fungsi spiritual sebagai tempat meruwat, yaitu membebaskan seseorang dari kesalahan dan dosa.
Cerita Samudramanthana yang terkandung dalam simbol-simbol candi menguatkan pandangan ini, dimana proses pengadukan lautan dalam mitologi tersebut melambangkan usaha pencarian penyucian dan kehidupan abadi.
Penemuan dan Ekskavasi
Walaupun keberadaannya sudah diketahui sejak 1842, Candi Kethek baru ditemukan kembali secara lebih jelas oleh masyarakat Dusun Cetho pada tahun 2000.
Sebelumnya, kawasan ini tertutup semak belukar lebat dan menjadi habitat kera yang sulit dijangkau.
Setelah kebakaran hebat pada 1999 yang memaksa kera meninggalkan lokasi, masyarakat mulai mengakses daerah tersebut dan menemukan susunan batu-batu yang membentuk struktur candi.
Pada tahun 2005, Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada serta Pemerintah Kabupaten Karanganyar melakukan ekskavasi untuk mengungkap lebih banyak informasi mengenai candi ini.
Hasil penelitian menguatkan bahwa Candi Kethek merupakan situs Hindu dengan ciri khas megalitik dan memiliki nilai religius yang mendalam.
Pesona Alam dan Wisata Religi
Berada di tengah suasana hutan pinus yang sejuk dan dikelilingi keindahan alam pegunungan, Candi Kethek tidak hanya menawarkan nilai sejarah dan arkeologi tetapi juga pengalaman wisata yang menyatu dengan alam.
Walaupun keberadaannya sudah diketahui sejak 1842, Candi Kethek baru ditemukan kembali secara lebih jelas oleh masyarakat Dusun Cetho pada tahun 2000.
Sebelumnya, kawasan ini tertutup semak belukar lebat dan menjadi habitat kera yang sulit dijangkau.
Setelah kebakaran hebat pada 1999 yang memaksa kera meninggalkan lokasi, masyarakat mulai mengakses daerah tersebut dan menemukan susunan batu-batu yang membentuk struktur candi.
Pada tahun 2005, Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada serta Pemerintah Kabupaten Karanganyar melakukan ekskavasi untuk mengungkap lebih banyak informasi mengenai candi ini.
Hasil penelitian menguatkan bahwa Candi Kethek merupakan situs Hindu dengan ciri khas megalitik dan memiliki nilai religius yang mendalam.
Pesona Alam dan Wisata Religi
Berada di tengah suasana hutan pinus yang sejuk dan dikelilingi keindahan alam pegunungan, Candi Kethek tidak hanya menawarkan nilai sejarah dan arkeologi tetapi juga pengalaman wisata yang menyatu dengan alam.
Keheningan dan kejernihan suasana di sekitar candi membuat pengunjung merasakan kedamaian batin, cocok untuk refleksi dan penenangan diri.
Walau aksesnya tergolong menantang, perjalanan menuju Candi Kethek memberikan sensasi petualangan yang menyenangkan.
Banyak pengunjung memilih singgah di warung-warung sekitar Candi Cetho sebelum melanjutkan perjalanan, mengingat jalur ke Candi Kethek yang cukup menanjak dan belum beraspal.
Sumber : tribunnews.com