Radar Madiun – Usai sudah tragedi ”Lawu Resik-Resik”. Api yang membakar hutan di Gunung Lawu kini sudah padam. Hanya dalam waktu 14 hari, total jenderal lahan yang terbakar sebanyak 100 hektare. Di bulan Agustus lalu juga terjadi kebakaran di lahan Perhutani KPH Lawu DS seluas 60 hektare. “Totalnya memang 160 hektare, kami sudah siapkan 213 ribu bibit tanaman untuk program penghijauan saat musim hujan,.” Ujar Asisten Perhutani (Asper) KPH Lawu DS Marwoto, kemarin (1/11).

Kata dia, untuk bulan Oktober kebakaran paling parah d i petak 73 Sarangan. Menyusul kemudian petak 65, 67, 68. Marwoto menambahkan ratusan ribu bibit itu salah satunya disiapkan untuk reboisasi di kawasan petak 73. “Program rehabilitasi ini akan dilakukan tiap tahun terprogram sampai 2024,” ucap Marwoto.

Dia mengatakan, jika ratusan ribu bibit pohon tersebut kini sedang dalam masa pembibitan di sekitar hutan Desa Genilangit, Poncol, Magetan. Ada empat tanaman hutan dan satu jenis hortikultura. Tanaman-tanaman hutan akan disebar ke areal lahan yang terbakar habis. Kemudian, pengayaan dilakukan di sela-sela pepohonan yang masih memiliki jarak relatif panjang antara satu pohon dengan pohon lainnya. Sedangkan untuk tanaman hortikultura jenis nangka akan ditanam di sekitar wilayah perbatasan kawasan petak 73. “Seandainya panen, tanaman hortikultura itu bisa dipetik oleh masyarakat,” ujarnya.

Dia mengatakan, penanaman rencananya dilaksana-kanpada akhir November atau awal Desember 2015 mendatang. Alasannya, diprediksi bulan-bulan tersebut sudah masuk pertengahan musim hujan. Sehingga, tanaman akan lebih cepat tumbuh dibanding jika dimulai saat sekarang. “Kalau sekarang ditanam malah mati, kalau akhir November atau awal Desember diprediksi bulan basah,” imbuhnya.

Penanaman dilakukan oleh petugas perhutani menggandeng warga yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sekitar Magetan. Dia juga mengatakan, jika kerugian perhutani akibat kebakaran mencapai Rp 150.000 per hektar. Jumlahnya memang tidak begitu tinggi untuk skala luas lahan satu hektar. Sebab menurutnya meski tidak semua, tumbuhan-tumbuhan yang terbakar itu juga berpotensi hidup kembali. Itu berdasarkan pengalaman kebakaran yang pernah terjadi pada 1997 silam. “Lihat saja nanti perkembangannya sekitar Januari,” ucap Marwoto.

Dia menambahkan, untuk petak 65, 67, 68 yang juga sempat hangus akibat kebakaran. Namun kebakaran tersebut tak mempengaruhi pertumbuhan pepohonan. Sehingga penghijauan belum begitu perlu dilakukan di wilayah tersebut.Dia merinci, luas lahan yang terbakar di wilayah tersebut sekitar 21 hektare lebih. “Pohonnya ada kesempatan hidup saat musim hujan nanti,” tandasnya.

Sementara itu, Dirut PDAM Lawu Tirta Welly Kritanto berharap agar proses rehabilitasi hutan itu bisa dilaksanakan secepatnya. Sebab melihat dampak kebakaran hutan Lawu pada 1997 silam terjadi banjir hebat saat hujan deras pertama. Terutama di daerah lereng Lawu akibat gundulnya hutan. Akibatnya, salah satu bangunanpenangkap air Sumber Cemoro milik PDAM hanyut.

Titik sumber air juga bergeser akibat hal itu. Selain itu, alur sungai berpindah. Sehingga mengurangi debit air yang menurut dari 12 liter per detik jadi 8 liter per detik. “Yang aman hanya broncap-tering peninggalan zaman Belanda 1835 saja saat itu,” pungkas Welly. (ian/ota)

Sumber : Radar Madiun, hal. 35 & 37
Tanggal : 2 November 2015