KOMPAS, Surabaya — Gedung Balai Kota Surabaya 2014 akan menjadi percontohan penerapan konsep bangunan hijau. Bangunan yang bersifat ramah lingkungan dan hemat energi ini diyakini memberikan banyak manfaat positif dan keuntungan.
”Gedung itu percontohan dalam pengembangan green building di Surabaya,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam acara ”Launching Green Building Awareness Award” pada hari Senin (23/12), di Surabaya.
Untuk itu, kata Risma, pihaknya akan memasang solar cell di Gedung Balai Kota sehingga penerangan di Gedung Balai Kota kelak bersumber dari tenaga surya. ”Memulainya mungkin perlu biaya agak mahal, tetapi selanjutnya akan sangat murah,” ujarnya.
Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen mengembangkan Surabaya menjadi kota hijau. Menurut Risma, bangunan hijau tidak hanya diterapkan pada bangunan bertingkat, tetapi juga pada rumah-rumah warga.
”Tujuannya bukan untuk mendapat penghargaan, melainkan karena hal itu sangat menguntungkan, baik dari sisi keuangan maupun dari sisi lingkungan hidup,” tuturnya.
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Tri Yogi Yuwono mengatakan, pihaknya sangat mendukung program Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka mengembangkan Surabaya menjadi ecocity.
Sastra hijau
Tri mengatakan, bangunan hijau adalah bangunan yang mempertimbangkan aspek-aspek penghematan energi, air, dan ramah lingkungan. Namun, bangunan sama sekali tak mengurangi aspek keindahan dan kenyamanan.
Perum Perhutani Cianjur, Jawa Barat, Rabu (18/12), menggelar pelatihan dan lomba menulis sastra hijau bagi pelajar dan mahasiswa di Universitas Suryakancana Cianjur dalam rangkaian Perhutani Green Pen Award. ”Perhutani Green Pen Award” adalah gerakan budaya menulis cerita pendek genre sastra hijau bagi generasi muda Indonesia.
Secara nasional, kegiatan ini dimulai pada 21 November 2013 dan dibuka Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto di Jakarta. Acara ini bertepatan dengan Hari Pohon Sedunia sekaligus menyukseskan Hari Menanam Nasional, tepatnya program Satu Miliar Pohon. Di Cianjur, Bambang Sukmananto menyatakan, kegiatan ini bertujuan menggerakkan budaya menulis cerita tentang hutan dan lingkungan kepada generasi muda. (JUM/DMU)
Kompas | 26 Desember 2013 | Hal. 23