NEWS.DETIK.COM (19/09/2021) | Pondok pesantren (ponpes) di Rembang ini terbilang unik karena berlokasi di atas gunung yang dikelilingi hutan. Ponpes Nurul Musthofa ini disebut menjadi satu-satunya ponpes yang berada di tengah hutan dan pengelolaannya berkolaborasi dengan Perhutani.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Wiratno, menyebut Ponpes Nurul Musthofa ini merupakan satu-satunya pondok pesantren yang lokasinya berada di tengah hutan.

“Yang betul-betul tempatnya di dalam hutan dan berkolaborasi dengan Perhutani, ya baru satu ini. Dan ini menjadi contoh ke depan, santri mengurus hutan, santri dapat menciptakan hutan sosial. Selain dia belajar agama, dia langsung mempraktikkan itu di kehidupan alam,” terang Wiratno saat melakukan kunjungan kerja di Rembang, Jumat (17/9/2021) lalu.

Ponpes Nurul Musthofa ini diasuh oleh KH Syaifullah. Seluruh aktivitasnya berada di area hutan, dan jauh dari wilayah perkampungan.

Syaifullah bercerita ponpes ini mulanya berada di area perkampungan di Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, Rembang pada 2017 akhir. Namun, sejak awal 2020 lalu pondok beserta para santri itu pindah ke lokasi yang dihuni sekarang.

“Sebetulnya diawali pada 2017 akhir, cuma sampai tahun 2020 awal sudah mulai pindah di sini. Santri dari pondok yang di Lasem, di Sumbergirang. Kebetulan sebelum pandemi kita pindah ke sini, dan setelah itu ada pandemi itu. Ada hikmahnya juga momen perpindahan ini,” ucap Syaifullah saat ditemui detikcom di kawasan Ponpes, Minggu (19/9).

Syaifullah menyebut, pondok pesantren Nurul Musthofa memiliki luas 4 hektare yang berada tepat di kawasan hutan yang dikelola KPH Kebonharjo. Dari jalan raya, perlu menempuh jarak sekitar 5 kilometer untuk menuju ke lokasi ponpes ini. Jalan yang dilalui terus menaiki pegunungan dan melintasi area hutan.

“Jumlah santri ada sekitar 200-an. Ada warga sekitar sini, ada yang luar Jawa juga,” terangnya.

Syaifullah menuturkan salah satu alasan pemilihan ponpes itu di tengah kawasan hutan yakni menyelaraskan diri dengan alam. Artinya pembelajaran secara materi akan langsung diterapkan dalam berkehidupan, bukan hanya dengan hubungan antarsesama manusia tapi juga makhluk hidup lainnya.

“Di sini cenderung menggunakan istilahnya, Bil Hal, artinya setelah kita mempunyai satu titik pemahaman tertentu, kemudian kita langsung mempraktikkan. Contohnya ketika kita melihat batu di jalan, kita ambil, kita taruh agar tidak d jalan,” paparnya.

“Ya, di sini lebih adem, lebih tentrem. Dalam suatu perenungan, untuk bertafakur, untuk berzikir, dan menambah wawasan tentang alam dan lingkungan, dan semua yang ada di sini menjadi tafakur untuk para santri. Kesulitan pasti ada, namun, dengan kebersamaan ini, alhamdulillah bisa diatasi,” lanjutnya.

Sumber : news.detik.com

Tanggal : 19 September 2021