Proses Perangsang Pertumbuhan Plankton sebagai Pakan Lele Anakan Doc PR MJK

Dok.Kom-PHT/Mjk @2014

MOJOKERTO, PERHUTANI (27/10) – Sukses seorang Markat mengembangkan ikan lele tentu tak lepas dari kegigihannya yang pantang menyerah. Budidaya ikan lele ramah lingkungan (organik) dipeloporinya menjadi usaha perikanan di Desa Keduk Bembem, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan “menggeliat” menampakkan hasil yang menggiurkan .

Sosok Markat, seorang Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) “Wana Asri” Desa Keduk Bembem, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan yang masuk wilayah binaan Perum Perhutani Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babadan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mantup, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto mempelopori budidaya ikan lele organik atau ramah lingkungan dengan media menarik dan sangat unik karena dibuat khusus dengan menggunakan plastik atau terpal yang biasa digunakan untuk tenda.

Menurut Markat yang juga juara tiga (3) kader motivator wana lestari 2013 Provinsi Jawa Timur ini; usaha pembenihan ikan lele ramah lingkungan diawali dengan keanggotaannya dalam LMDH sering mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan usaha produktif yang diadakan oleh Perum Perhutani maupun pemerintah dinas tingkat kabupaten dan provinsi Jawa Timur.

Dengan tekat dan ketertarikan disamping karena spesifikasi kewilayahan sekitar desanya yang cukup sulit air, merupakan dorongan tersendiri untuk memulainya. Di samping rumahnya yang telah ditanami pohon jati, kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini.

Markat menggunakan terpal untuk membuat ”kolam-kolam” itu dengan ukuran dua kali empat meter dengan ketinggian satu meter (2 x 4 x 1 meter) dan kemudian diisi dua ribu benih ikan lele per kolamnya. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.

”Berangsur-angsur usaha kami ini, berhasil,” ungkap Markat bersemangat.

Sampai akhirnya saat ini lebih dari lima belas (15) kolam ikan plastik tampak berjajar rapi di bawah tegakan pohon Jati yang dipeliharanya. Mulai dari kolam pembenihan, kolam pemeliharaan atau pembesaran dan kolam indukan.

”Untuk melayani permintaan ikan lele konsumsi di daerah Kabupaten/Kota Mojokerto, Lamongan, Jombang dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan,” kata Markat. Melihat kondisi seperti itu, Markat mencari jalan keluar dengan menyiapkan anggota LMDH binaannya sebagai petani ikan lele ramah lingkungan di desanya.

Sementara Markat yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 2.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 1 kolam pembesaran benih ini, setelah cukup 60 hari (hanya dua bulan) dapat dipanen 140 sampai 150 kg ikan lele. Harga jualnya saat ini Rp 12.000,- sampai dengan Rp. 16.000,- per kg. Bahkan bila saat-saat tertentu harga ikan lele konsumsi mencapai Rp. 20.000,- per kilo gram.

Kini, Markat sebagai keluarga pelopor usaha budi daya ikan lele ramah lingkungan di desanya sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele organik, baik untuk pembenihan maupun pembesaran.

”Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele ramah lingkungan atau organik,” kata Markat.

Bahkan, Markat saat ini sering menjadi nara sumber di berbagai pertemuan LMDH maupun pelatihan usaha produktif di tingkat regional maupun propinsi. Sebagai seorang petani ikan air tawar yang berhasil telah memperoleh sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perikanan Air Tawar Nasional dan ikan lele hasil budidayanya dinyatakan telah layak ekspor.

Melihat perkembangan budidaya ikan lele yang menggiurkan tersebut, menggugah ketertarikan 13 anggota LMDH Wana Lestari untuk mengikuti jejak Markat. Sampai dengan akhir tahun 2014 ini tak kurang 39 kolam terpal telah tersebar di desanya.

Tak hanya itu, selain budidaya lele dan pembuatan pupuk organik, kini juga dikembangkan usaha penggemukan Kambing Etawa. (Kom Pht Mojokerto / Eko Eswe).

Editor  :  Dadang K Rizal

@copyright 2014