SUARAMERDEKA.COM (3/9/2016) | Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, memiliki potensi wisata Bukit Asri Kertojoyo di Desa Pringombo. Wisata alam yang dibuka sejak empat bulan lalu ini berupa hutan pinus di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (mdpl), tepat bagi penggemar foto selfie.

Perjalanan ke sana sekitar tujuh kilometer dari depan Pasar Jambu, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran. Selain itu ada jalan tembus sampai Desa Krinjing, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, sejauh tujuh kilometer.

Untuk menuju ke sana dari arah Tempuran jalannya beraspal dengan melalui pedesaan, hutan mahoni, dan hutan pinus. Objek wisata tersebut dikelola anggota Karang Taruna Desa Pringombo.

Mereka cukup kreatif dalam menata objek wisata baru tersebut. Untuk naik ke puncak bukit telah dibuatkan jalan bertrap. Sejumlah gazebo dan tempat duduk dari kayu juga telah tersedia. Selain itu setidaknya ada dua buah anjungan untuk berfoto selfie dengan latar belakang pemandangan alam yang elok.

Kades Pringombo, Muhhani ketika ditemui kemarin menuturkan, yang digunakan untuk objek wisata tersebut adalah lahan milik PT Perhutani. Areal yang diizinkan seluas dua hektare (ha), tetapi yang kini telah dimanfaatkan baru 1,5 ha.

Kompensasi bagi Perhutani belum ada, karcis tanda masuk sebesar Rp 2.000 dan biaya parkir Rp 2.000 masih digunakan untuk membuat fasilitas dan membayar penjaga.

Kerja Sama Perhutani

Menurut rencana, akan dijalin perjanjian kerja sama dengan Perhutani dan direncanakan yang membuat karcis tanda masuk dari perusahaan tersebut. Kalau sudah ada kerja sama dengan Perhutani rencananya karcis tanda masuknya sebesar Rp 5 ribu/orang.

”Saat ini pengelolanya karang taruna di bawah naungan desa,” kata kepala desa. Menurut kades, di puncak bukit yang digunakan untuk objek wisata tersebut ada makam Mbah Kertojoyo.

Dia merupakan pepunden atau pendiri desa setempat. Makamnya baru ditemukan sejak enam bulan lalu oleh Mbah Kusen dari Ngablak, Kabupaten Magelang. ”Mulanya ada warga yang menginformasikan bahwa di puncak bukit sana ada makam, lalu dicari oleh Mbah Kusen,” katanya.

Salah satu pengurus karang taruna setempat Ridwan menuturkan, pengelola objek wisata itu ada lima orang. Selain dia adalah Ja’is, David, Lutfi, dan Gunawan. Sebelumnya dia bekerja di sebuah catering dan sekarang berhenti.

”Saya senang karena bisa bekerja di desa sendiri,” kata warga RT3, RW 2, Desa Pringombo ini. Meski baru dibuka sejak empat lalu, jumlah pengunjungnya cukup banyak. Satu hari pendapatan minimalnya Rp 200 ribu.

Sedangkan honor bagi pekerja di sana Rp 20 ribu/orang/hari. Lantaran belum ada lampu penerangannya, objek wisata itu dibuka pukul 07.00 hingga 17.30. (Eko Priyono-28)

Tanggal : 3 September 2016
Sumber : suaramerdeka.com