Air terjun Srambang sudah tidak awam lagi di telinga masyarakat lokal. Eksotika keindahan air terjun di lereng Lawu itu memang membuat mata terbelalak Namun hanya mereka yang berjiwa petualang saja bisa menikmati panoramanya.

BEGITU kaki menginjakan jalan setapak ditepian sungai, rasa waswas memang langsung menyelimuti. Tak hanya licin dan curam, jalan yang harus dilalui juga banyak ilalang dan rumput liar. Belum lagi sisa-sisa penebangan pohon pinus yang membentang di sungai dengan aliran air jernih dan adem. Udara yang dingin bisa mengobati rasalelah meski sudah ratusan meter kaki melangkah. Apalagi kicauan burung hutan cukup memanjakan telinga
Setelah setengah jam berada di tengah belantara hutan, apa yang teibayang seolah terbayar lunas. Air terjun dengan ketinggian 25 meter sudah berada di hadapan mata. Percikan air membiaskan pantulan sinar matahari yang menembus sela-sela pepohonan pinus Terlihat samar memunculkan pelanggi di sudut tebingyang bersinggungan dengan air terjun.
Belum lagi areal kolam yang menawarkan sensasi kejernihan air sumber lereng Lawu. Tak ada kotoran sedikit pun. Mata bisa memandang tembus hingga dasaryang tampak batuan sudah lumutan. Kesejukan air juga memberi sensasi tersendiri bagi pengunjung yang berani mandi atau sebatasbeibasah-basahan. “Dingin sekali,’ ungkap Meylita Windar Subekti salah seorang pengunjung ini.
Memang tak banyak pengunjung yang singgah di Srambang. Meski hari libur sekalipun seperti saat inLMedanmenujulokasi yang susah dan melelahkan menjadi alasan kenapa tak banyak pengunjung. Apalagipetugas juga terbilang minim. Hanya di pintu masuk saja yang selalu stand by memungutretribusipengunjung. “hampir seluruhnya itu remaja yang berkunjung ke Srambang. Jarang anak-anak atau orang dewasa” paparnya.
Satu lagi yang tak membuat nyaman pengunjung. Sepanjang perjalanan jarang ada pedagang yang menjajakan makanan penganjal perut. Kalah toh ada sebatas makanan dan minuman ringan saja. Seperti mie instan, nasi bungkus, kopi dan teh. “Ini hanya sampingan saja. Sebab tidak banyak yang datang ke Srambang,” jelas Mariyem salah seorang penjaga warung.
Akhir pekan yang membuat penghasilannya lumayan. Bila hari biasa hanya Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, akhir pekan bisa berlipat ganda. Apalagi berbarengan dengan libur sekolah seperti saat ini. Penghasilan yang diperoleh bisa Rp 50 ribu per hari. “Mudah-mudahan saja tahun baru nanti bisa banyak yang berkunjung. Sehingga penghasilan bisa bertambah banyak,” katanya sambil tersenyum simpul.
Mariyen menjelaskan Srambang masih sepenuhnya dikelola Perhutani dan warga sekitar. Kondisi itu yang membuat air terjun di lereng Lawu ini belum bisa bergeliat seperti kawasan wisata lain. Seluruh akses jalan yang memperbaiki swadaya warga dan petugas Perhutani.Belum ada sentuhan campur tangan pemerintah dalam upaya pemolesan. “Setiap pengunjung dikenai uang masuk Rp 5 ribu. Itu untuk biaya perbaikan jalan menuju lokasi,” pungkasnya.(ml/dlp)
Sumber  : Radar Madiun
Tanggal  : 29 Desember 2014