PT Solar Park Indonesia (SPI) segera menambah sepuluh unit mobile pellet mill dengan kapasitas produksi 18 juta ton per tahun, menyusul konfirmasi pasok bahan baku pelet kayu (wood pellet/biomass) dari Departemen Kehutanan yang berasal dari 30.000 ha lahan Perhutani dan Inhutani. Emi Turnadi, Factory Head SPI, mengatakan perusahaan PMA asal Korea itu menjadwalkan perakitan pabrik pelet bergerak itu pada dua tahun ini untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar ekspor pelet kayu di kawasan Asia.
Dia mengemukakan saat ini Solar Park baru mengoperasikan proyek percontohan pengoperasian tiga unit mobile pellet mill di Wonosobo, Jateng dengan kapasitas produksi 5.000 ton per bulan dengan pasar 100% ekspor ke Korea.
“Penambahan 10 unit pabrik pellet bergerak tersebut untuk memenuhi permintaan pasar Asia, terutama Jepang, Vietnam dan Indonesia dengan volume minimal masing-masing negara 5.000 ton per bulan,” ujarnya kepada Bisnis di sela Korea-Indonesia Forest Forum ke 5  di Kebun Perhutani Darupolo Kabupaten Kendal, Jateng, hari ini.
Untuk memenuhi pasokan kebutuhan bahan baku seluruh pabrik pelet kayu bergerak tersebut Departemen Kehutanan memberikan izin kerja sama pengolahan produk kayu hasil dari lahan Perhutani dan Inhutani seluas 30.000 ha, masing-masing di Muara Teweh Kalimantan 20.000 ha dan Pekanbaru Sumatera 10.000 ha.
Saat ini, jelasnya, Solar Park baru mengelola proyek percontohan di Pulau Jawa untuk mengolah hasil hutan atas lahan Perhutani Unit I Jateng, Perhutani Unit II Jabar dan Perhutani Unit III Jateng dengan total luas 3.000 ha.
Emi mengemukakan untuk merealisasikan proyek pengembangan tersebut Solar Park menyiapkan investasi sedikitnya US$30 juta, proyeksi penyerapan 300 tenaga kerja.
Presiden Solar Park Indonesia Park See-Woo menambahkan besarnya permintaan pelet kayu/biomass sebagai bahan bakar ramah lingkungan terus meningkat seiring dengan isu lingkungan global sehingga harga ekspor wood pellet di pasar dunia kini mencapai US$180 (kualitas dean)-US$350 (kualitas premium) per ton.
“Proyek ini sifatnya G to G antara pemerintah Indonesia yang menunjuk Perhutani dengan pemerintah Korea yang menunjuk Solar Park sebagai pelaksanaannya,” tukasnya.
Saat ini pabrik Solar Park yang beroperasi di Wonosobo mengolah limbah hasil hutan mulai dari ranting kayu, daun, ampas tebu dan lainnya menjadi 16 jenis produk biomass.
“Untuk wood pellet di Wonosobo kami menggunakan bahan baku kayu albasia yang banyak terdapat di wilayah sekitar pabrik. Untuk Kalimantan dan Sumatera nantinya lebih banyak, seperti sengon dan kayu lainnya,” tukasnya.
Nama Media : bisnis.com
Tanggal       : Kamis, 20 Juli 2011
Penulis        : Edy Barlianto
TONE           : POSITIVE