Marketeers2Indonesia memiliki hutan yang amat luas. Untuk melestarikan dan mengoptimalkan peranan hutan tersebut, dibutuhkan sebuah strategi besar. Memanfaatkan hutan dan sumber daya di dalamnya tanpa merusak hutan itu sendiri dan merugikan masyarakat di sekitarnya merupakan tantangan tersendiri bagi Perum Perhutani.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perhutani memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan, dan perlindungan di wilayah kerjanya – khususnya mengelola dan memelihara hutan.

Perusahaan pelat merah ini nampaknya memahami betul apa yang harus mereka lakukan terhadap hutan di Indonesia. Dalam BUMN Marketeers Club yang digelar di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (19/8/2014), Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto menjelaskan strategi Perhutani dalam mengoptimalkan perannya untuk mengelola hutan dan mengembangkan bisnisnya. Ada empat langkah besar Perhutani yang oleh Bambang disebut dengan Grand Strategy menuju Perhutani unggul.

Strategi pertama yang dilakukan oleh Perhutani adalah pengelolaan hutan secara lestari untuk peningkatan potensi sumber daya hutan. Strategi ini dijalankan dengan mengoptimalkan produktivitas lahan. Lahan-lahan ditambah untuk dapat mengoptimalkan sumber dayanya. Perhutani juga melakukan perlindungan kepada hutan. Hutan memiliki banyak potensi sehingga konservasi hutan diperlukan agar kasus-kasus, seperti penebangan liar bisa diminimalisir dan mengurangi kerugian negara akibat kejahatan lingkungan ini. Dalam menjaga dan mengelola hutan ini, Perhutani juga melakukan kolaborasi dengan masyarakat.

Strategi kedua, Perhutani menyiapkan strategi untuk memaksimalkan kinerja usaha. Dalam hal ini, Perhutani mengembangkan beberapa sayap penjualan mereka untuk bisa menyasar beberapa wilayah di luar negeri. Sebab itu, Perhutani mulai menggunakan sistem online untuk memasarkan produk-produk mereka. Selain sistem online, Perhutani juga mengadopsi sistem keagenan. Di samping itu, peningkatan kualitas produk menjadi salah satu fokus Perhutani untuk memaksimalkan kinerja usaha. Kualitas tersebut dijaga dengan melakukan kontrol kualitas yang ketat dan sertifikasi atas produk-produk Perhutani.

“Kami mengakui masih banyak produk kami yang belum dikenal sehingga kami membutuhkan upaya-upaya yang mendukung pemasaran produk-produk kami,” ujar Bambang.

Strategi ketiga, pemanfaatan jenis usaha baru untuk mendongkrak pendapatan. Saat ini, Perhutani mengelola lahan seluas 2,4 juta hektare. Lahan seluas itu masih bisa dioptimalkan untuk mendatangkan pendapatan yang lebih besar lagi. Perhutani juga melakukan kerjasama strategis dan pengembangan beberapa bisnis baru.

“Untuk saat ini, Perhutani membantu program kedaulatan pangan negara dengan membangun pabrik sagu di Papua Barat,” imbuh Bambang.

Strategi keempat, pemanfaatan fungsi-fungsi pendukung dari dalam organisasi. Dalam kaitan ini, Perhutani sangat peduli pada peningkatan kualitas SDM. Terkait SDM, Perhutani membangun budaya kerja yang berbasis pada prinsip kejujuran, kepedulian, dan profesionalitas. Untuk kesejahteraan karyawan, Perhutani melakukan peningkatan take home pay untuk pegawainya.

Selain itu, Perhutani juga memanfaatkan sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk beberapa layanan, seperti keuangan, produksi, pengelolaan kayu, dan pemasaran. Perhutani juga menyadari pentingnya upaya penegakkan hukum dan pengendalian risiko.

Dengan keempat strategi besar tersebut, Bambang optimistis mampu meningkatkan performa Perum Perhutani. Perhutani menargetkan pendapatan pada tahun 2015 sebesar Rp 5 triliun dan meningkat menjadi Rp 9 triliun pada tahun 2019.

Sumber : www.the-marketeers.com
Tanggal : 26 Agustus 2014