LAWU DS, PERHUTANI (14/10/2023) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds menerima rombongan tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK) dalam rangka kunjungan lapangan, guna melihat eks lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), bahwa si jago merah benar-benar telah padam, di wilayah kerja Bagian Kawasan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara, masuk wilayah Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jumat (13/10).

Hadir dalam kegiatan itu, Kepala Departemen Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Produksi Divisi Regional Jawa Timur Gunawan Sidik Pramono, Staf Ahli Menteri (SAM) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Novia Widyaningtyas, Dandim 0805/Ngawi Letkol Arm Didik Kurniawan, Administratur Lawu Ds Agus Ahmad Fadoli beserta jajaran, relawan dan instansi terkait lainnya.

Kegiatan kunjungan lapangan Kementerian LHK di Kabupaten Ngawi tersebut dalam rangka supervisi paska kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Gunung Lawu, serta untuk mengetahui kondisi wilayah hutan, guna mensuport tim lapangan yang masih menyisir area ilaran untuk memastikan api benar-benar telah padam.

Dalam paparannya, sebelum kelapangan Administratur Lawu Ds Agus Ahmad Fadoli menyampaikan, terima kasih atas kunjungan kerja dari Kementerian LHK untuk melihat secara langsung kondisi eks kebakaran hutan saat ini.

Agus berharap, “Semoga upaya yang kami lakukan selama ini, dalam menangani karhutla, baik di wilayah Kabupaten Ngawi, Magetan berjalan baik dan membuahkan hasil, dan kami senantiasa berupaya menyiagakan petugas lapangan, secara kontinyu dan selalu berkoordinasi dengan instansi terkait,” tutupnya.

Staf Ahli Menteri (SAM) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Novia Widyaningtyas menyampaikan Penanganan karhutla di Jawa beda dengan luar Jawa. di Jawa karhutla dipengaruhi oleh fisik, geofisik dan sosial, pencegahan perlu mendapat porsi besar. Kami mengapresiasi pemetaan dan evaluasi oleh Perum Perhutani yang sudah dilakukan mulai dini.

“Melihat karhutla terakhir tahun 2018 sampai sekarang kejadian karhutla tahun 2023 penyebabnya bisa tanah gambut menumpuk sehingga memicu kebakaran kembali. Kebakaran hutan dan lahan masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama, baik dari pihak pemerintah swasta, maupun masyarakat, agar tidak terulang lagi, sehingga Indonesia bisa mengurangi jumlah emisi karbon secara optimal,” ucapnya.

Novia berpesan, dalam pengendalian karhutla harus melalui tiga komponen, yakni pencegahan, penanggulangan dan penaganan pasca-karhutla. “Kita juga harus terus melibatkan Masyarakat Peduli Api (MPA) instansi terkait. Sekali lagi kami sangat mengapresiasi sinergi stakeholder dengan Perhutani dalam penanganan karhutla. Kita berharap semoga terus terjalin kerja sama antara Perhutani, TNI/Polri,  BPBD, BNPB, Instansi terkait lainya serta masyarakat dalam menjaga hutan. Semoga api di Gunung Lawu padam seterusnya,” tutupnya.  (Kom-Pht/Lwuds/Eko)

Editor : LRA
Copyright © 2023