SURAKARTA, PERHUTANI (31/08/2025) | Sebagai salah satu lumbung pinus di selatan Jawa Tengah, Baturetno menyimpan potensi besar sekaligus tantangan serius. Potensi berupa hamparan ribuan batang pinus produktif, sedangkan tantangannya adalah menjaga kualitas getah agar tetap kompetitif di pasar domestik maupun ekspor. Pasar global kini semakin ketat: resin sintetis menjadi pesaing, sementara pembeli internasional menuntut standar kemurnian lebih tinggi.

Di sinilah peran alat sadap mekanis menjadi vital. Dengan mekanisasi, penyadapan di Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta, khususnya di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Baturetno diarahkan tidak hanya untuk mengejar kuantitas, tetapi juga meningkatkan mutu, mengurangi luka pada pohon, dan menjaga konsistensi hasil. Transformasi ini menandai pergeseran paradigma: dari sekadar produksi massal menuju produksi berkualitas tinggi yang berdaya saing global.

Administratur KPH Surakarta melalui Kepala BKPH Baturetno, Karna, menegaskan fokusnya pada kualitas. Dengan alat mekanis, ia melihat hasil getah lebih seragam dan bersih. Luka sadap lebih terkendali, sehingga pohon tetap sehat untuk jangka panjang.

“Kami ingin BKPH Baturetno dikenal bukan hanya karena banyaknya produksi, tapi juga karena kualitas resin kelas premium yang bisa masuk pasar ekspor,” jelasnya.

Murdi (33), penyadap muda di Baturetno, merasa lebih percaya diri dengan adanya alat ini.

“Saya dulu sempat ragu mau jadi penyadap, karena pekerjaan ini dianggap berat dan kuno. Tapi sekarang dengan alat modern, lebih praktis, hasilnya lebih stabil, dan saya bangga bisa menghasilkan produk yang bisa dijual sampai ke luar negeri. Saya merasa profesi ini naik kelas,” tuturnya dengan mata berbinar.

Mekanisasi di Baturetno menjadi simbol perubahan: penyadap muda tertarik bergabung, hasil getah lebih bersih, dan kualitas naik kelas. Dengan arah baru ini, Baturetno tidak hanya menjadi produsen, tetapi juga pionir resin berkualitas global. (Kom-PHT/Ska/Mar)

Editor: Tri

Copyright © 2025