BANDUNG, PERHUTANI (15/09/2025) | Perum Perhutani bersama Dewan Pengawas Perum Perhutani menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Tata Kelola Produksi Getah Pinus di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cililin, pada Jumat (12/09).
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani, Priyatmo Hadi beserta jajaran komite; Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis, Endung Trihartaka; Direktur SDM, Umum, dan IT, Muhamad Denny Ermansyah; Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Yudha Suswardhanto beserta jajaran; Kepala Perhutani Forestry Institute, Moch Farid Januardi; Kepala Satuan Pengawasan Intern, Maman Rosmantika; serta para pejabat dan perwakilan terkait.
Dalam kegiatan tersebut, Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani, Priyatmo Hadi, menyampaikan bahwa FGD ini bertujuan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai tata kelola sadapan getah pinus, termasuk tantangan dan peluang yang dihadapi di lapangan. Hasil FGD diharapkan dapat menjadi masukan strategis bagi manajemen Perhutani dalam meningkatkan kualitas proses bisnis sadapan getah pinus agar lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Sebagai rangkaian kegiatan, FGD menghadirkan lima pemateri yang membahas berbagai aspek penting pengelolaan getah pinus, mulai dari tata kelola dan manajemen risiko bisnis getah pinus, perbaikan tata kelola sadapan, inovasi produksi, hingga pemanfaatan teknologi modern seperti drone dan backpack LiDAR untuk pemetaan dan pemantauan tegakan pinus. Rangkaian pemaparan ditutup dengan penyajian konsep redesain tanaman pinus yang dirancang untuk menjamin ketersediaan bahan baku getah di masa mendatang melalui peremajaan dan perluasan areal tanam secara terencana. Sebagai penutup acara, dilakukan pula demonstrasi praktik penggunaan Alat Sadap Mekanik (ASM) di lapangan sebagai bentuk edukasi dan penerapan teknologi penyadapan yang lebih efektif dan efisien.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Yudha Suswardhanto, sebagai salah satu pemateri menjelaskan bahwa perubahan luas kawasan hutan memberikan pengaruh terhadap rencana produksi getah pinus, mengingat sebagian lokasi sadapan berada di area dengan pengelolaan khusus. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Perhutani telah menyiapkan program redesain tanaman pinus dengan memperluas serta meremajakan areal tanam secara bertahap pada periode 2024–2029. Program ini diharapkan mampu menjaga bahkan meningkatkan produksi getah pinus di masa mendatang. Berdasarkan proyeksi, volume produksi diperkirakan mulai meningkat signifikan pada 2035 dan terus naik hingga 2040, sehingga berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan perusahaan dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Melalui FGD ini, Perhutani menargetkan lahirnya rekomendasi konkret terkait perbaikan tata kelola sadapan getah pinus mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Hasil rekomendasi diharapkan mampu mengoptimalkan produksi getah pinus, menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, serta memperkuat sinergi dengan masyarakat sekitar hutan.(Kom-PHT/DivreJanten/Ga)
Editor : EM
Copyright@2025