RANDUBLATUNG, PERHUTANI (31/10/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung menerima kunjungan monitoring dan evaluasi penanaman padi gogo dari Dinas Pertanian di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngliron, pada Kamis (30/10).
Kegiatan tersebut berlangsung di Petak 38a dan 39 wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngliron, BKPH Ngliron. Hadir dalam kegiatan ini Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngliron bersama Kepala Bidang Perbenihan Dinas Pertanian didampingi dua staf serta Tenaga Pendamping Masyarakat, Ndaruwati.
Dalam kesempatan tersebut, Administratur KPH Randublatung melalui Kepala BKPH Ngliron, Pariyono, menyampaikan bahwa Perhutani mendukung penuh program Kementerian Pertanian dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional, salah satunya melalui penanaman padi lahan kering (padi gogo) dengan sistem agroforestry di kawasan hutan.
“Kami dari Perhutani secara umum sangat mendukung program pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui optimalisasi lahan hutan untuk budidaya padi gogo,” katanya.
Lebih lanjut, Pariyono menjelaskan bahwa penanaman padi gogo di lahan Perhutani merupakan salah satu strategi yang didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan, terutama beras, dengan memanfaatkan lahan nonirigasi.
“Ini merupakan bentuk partisipasi aktif KPH Randublatung dalam mendukung ketahanan pangan melalui penanaman padi gogo di wilayah kerja Perhutani,” ungkapnya.
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini juga menjadi wujud koordinasi intensif antara Perhutani, Kementerian Pertanian, serta pemangku kepentingan lainnya dalam memantau perkembangan, mengantisipasi kendala, dan melakukan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan program.
Sementara itu, Kepala Bidang Perbenihan Dinas Pertanian, Rosalia Dyah Erawati, menyampaikan bahwa kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ini dilakukan terhadap program bantuan benih padi gogo varietas Inpari 32 dari Kementerian Pertanian Tahun 2025, khususnya di Petak 38a dan 39.
“Program ini merupakan bagian dari upaya kita bersama dalam memperkuat ketahanan pangan daerah melalui pemanfaatan lahan kering atau tadah hujan. Varietas Inpari 32 dikenal unggul dalam beradaptasi terhadap kondisi lahan kering,” paparnya.
Dyah menambahkan bahwa hasil Monev menunjukkan pertumbuhan tanaman padi di lokasi tersebut dalam kondisi baik dan seragam.
“Sebagian besar tanaman terlihat sehat, dengan tingkat serangan hama dan penyakit yang terkendali. Kami mengapresiasi kelompok tani yang telah menerapkan praktik budidaya padi gogo sesuai anjuran teknis, termasuk penyiapan lahan, pemupukan berimbang, dan penggunaan benih bermutu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dyah menjelaskan alasan varietas Inpari 32 menjadi pilihan utama dalam program ini. “Inpari 32 dikenal memiliki toleransi tinggi terhadap kekeringan dan curah hujan terbatas, sehingga sangat cocok untuk lahan tadah hujan seperti di wilayah ini. Potensi hasil rata-rata varietas ini cukup menjanjikan, dengan umur panen relatif genjah sekitar 110–115 hari,” ungkapnya. (Kom-PHT/Rdb/Jun)
Editor: Tri
Copyright © 2025