KEDU UTARA, PERHUTANI (19/11/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan wisata alam berbasis kolaborasi. Salah satu wujud sinergi tersebut terlihat pada pengelolaan wisata pendakian Gunung Sumbing via Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Pengelolaan yang dilakukan bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sumbing Lestari ini berada di kawasan Kepala Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mangli, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Magelang sejak tahun 2018 dengan sistem bagi hasil 25% untuk Perhutani dan 75% untuk LMDH. Rabu (19/11).
Wisata pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik kini menjadi salah satu jalur favorit para pendaki karena menawarkan akses yang tertata, jalur yang terjaga, serta pelayanan yang semakin profesional. Seiring meningkatnya jumlah wisatawan, dampak positif mulai dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar. Kehadiran pendaki dari berbagai daerah memicu tumbuhnya aktivitas ekonomi seperti penyewaan peralatan hiking, jasa ojek wisata, warung makan, homestay, hingga usaha kecil penyedia kebutuhan logistik pendakian.
Administratur KPH Kedu Utara, Andrie Syailendra, menyampaikan bahwa penguatan ekonomi lokal melalui pengelolaan bersama ini merupakan bukti nyata peran Perhutani dalam mendukung pemberdayaan masyarakat desa sekitar hutan. Ia menyebutkan bahwa sistem yang diterapkan tidak hanya menekankan transparansi, tetapi juga menjamin pemerataan manfaat bagi masyarakat.
“Perhutani terus menggalakkan agar pengelolaan wisata tidak hanya memberikan pengalaman terbaik bagi pengunjung, tetapi juga memberi dampak ekonomi signifikan bagi masyarakat sekitar. Melalui kerja sama dengan LMDH, kami memastikan keuntungan dari aktivitas wisata dapat dirasakan oleh desa-desa di lereng Sumbing,” ujar Andrie.
Seiring berkembangnya wisata pendakian, kawasan Kaliangkrik juga menunjukkan dinamika positif melalui bertambahnya destinasi baru. Mulai dari spot foto, wisata alam berkonsep edukasi, kebun swafoto, hingga tempat kuliner lokal yang dikelola masyarakat, seluruhnya tumbuh sebagai respons kreatif terhadap meningkatnya jumlah wisatawan. Fenomena ini membuktikan bahwa wisata pendakian Sumbing via Butuh bukan hanya menjadi gerbang menuju puncak, tetapi juga pemantik tumbuhnya ekosistem wisata yang lebih luas di lereng Sumbing.
Ketua LMDH Sumbing Lestari, Lestari Lilik Setiawan, menuturkan bahwa kerja sama dengan Perhutani memberikan dampak besar bagi masyarakat. Tidak hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga menciptakan peluang usaha yang sebelumnya belum terpikirkan.
“Kami merasakan manfaat yang sangat besar dari sistem bagi hasil ini. Masyarakat lebih bersemangat menjaga hutan dan mendukung wisata karena merasakan langsung manfaat ekonominya. Kolaborasi ini membuat desa kami berkembang dan semakin dikenal,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat kini semakin memahami pentingnya menjaga kelestarian hutan sebagai penopang utama kegiatan wisata. Kesadaran tersebut tumbuh seiring edukasi yang diberikan melalui kemitraan dengan Perhutani.
Dengan berbagai dampak positif tersebut, Perhutani menegaskan komitmennya untuk terus membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat. Melalui model pengelolaan partisipatif, Perhutani meyakini bahwa kegiatan wisata dapat menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian hutan.
Perhutani menyatakan bahwa pembangunan di kawasan hutan akan terus mengedepankan kesejahteraan masyarakat, khususnya desa-desa yang berada di sekitar kawasan hutan. Perhutani membuka ruang bagi masyarakat untuk tumbuh bersama, berkembang bersama, dan merasakan manfaat keberadaan kawasan hutan secara berkelanjutan. (Kom-PHT/Kdu/Nurul)
Editor: Tri
Hak Cipta © 2025