20170205tundolaweANTARANEWS.COM (5/2/2017) | Objek wisata alam Air Terjun Tundolawe di lereng selatan Gunung Gelud arah Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari dan Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang baru November 2016 dibuka untuk umum, mulai banyak dikunjungi wisatawan.

Dari pemantauan wartawan Antara, sejak Minggu (5/2) pagi pengunjung objek wisata yang telah ditetapkan sebagai Wana Wisata Perum Perhutani berdasarkan SK Divre Jatim No.1334/Kpts/Divre-Jatim/2016 itu, sudah terlihat didatangi puluhan pengunjung.

Para pengunjung mulai dari kalangan penggemar olah raga jalan kaki, kelompok pesepeda pancal dan penggemar tur petualangan dengan motor trail. “Kalau hari minggu sampai siang kini yang datang rata-rata sekitar 200 orang,” kata Bambang, petugas yang menangani parkir kendaraan tamu di area perkebunan kopi di Dusun Rotorejo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Minggu siang.

Para penggemar wisata alam jelajah hutan bambu itu umumnya datang dari pagi sampai siang hari saja. Hal itu mengingat pada pukul 15.00 WIB, objek wisata tersebut sudah harus ditutup.

“Kami siaga di sini sampai jam 15.00, sehingga masih leluasa untuk pulang berjalan kaki menuju area parkir kendaraan di Rotorejo bersama para pengunjung terakhir,” kata Yono alias Boneng yang bertanggung jawab terhadap keamanan pengunjung di sekitar lokasi air terjun yang semula bernama Kucur Lawe itu.

Air Terjun Tundo Lawe berada di kawasan Perhutani Petak 6 A, di bawah pengelolaan RPH Gandusari – BKPH Wlingi, yang didukung Komunitas BLK (Bocah Lereng Kelud), Komunitas DemPAL (Dermosari Pecinta Alam), LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) serta warga Rotorejo, Gadungan.

Untuk menuju lokasi Tundo Lawe dari arah kota Kecamatan Talun, pengunjung dapat melalui Desa Gadungan-Bendungan PLTA Ngusri, Kecamatan Gandusari, kemudian menuju area parkir sepeda motor di tengah kebun kopi Rotorejo. Kemudian berjalan kaki sekitar 1,1 kilometer, melintasi belasan jembatan bambu atau sesek yang dialiri air sungai dari air terjun tersebut.

Demikian pula untuk kembalinya, melalui rute tersebut membutuhkan waktu selama sekitar satu jam, sehingga pukul 15.00 objek wisata sudah harus ditutup. Hal itu mengingat lokasi wana wisata itu masih berupa hutan alam yang baru terjamah manusia.

Untuk masuk wana wisata dengan belasan jembatan bambu yang terlihat masih baru, bambunya masih berwarna hijau tersebut, pengunjung dipungut biaya karcis Rp5.000 per orang, ditambah parkir sepeda motor Rp2.000 per kendaraan.

Bagi petualang bersepeda pancal yang memiliki keberanian bisa mengendarai sepedanya melalui jalur atau track yang juga terlihat masih baru dibuat di sisi aliran sungai di bawah tebing hutan bambu dengan belasan sesek tersebut. (*)

Sumber: antaranews.com

Tanggal: 5 Februari 2017