BONDOWOSO, PERHUTANI (11/8) | “Aspek ekologi, ekonomi dan sosial merupakan satu sinergi yang tidak bisa dipisahkan. Tidak ada satu maka tidak ada semua, tidak berhasil satu maka tidak berhasil semua,” demikian yang disampaikan Administratur Perhutani Bondowoso, Adi Winarno saat membuka acara Koordinasi Penguatan Kelembagaan dan Manajemen Pemasaran Kopi Arabika, Senin (10/8) di Ruang Rapat Kantor KPH Bondowoso.
Koordinasi tersebut mempertemukan tujuh pihak yaitu Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka), Bank Indonesia, Bank Jatim, Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dalam rangka meningkatkan produksi kopi Arabika sebagai komoditi andalan daerah.
Kopi arabika yang ditanam di lereng Kawah Gunung Ijen dan Gunung Raung, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur terbukti mampu menembus pasar ekspor di beberapa negara Eropa seperti Swiss dan Belanda.
“Jumlah kopi arabika yang telah mampu kita ekspor mencapai 440 ton HS (horn skin/kulit tanduk) atau kalau dikonversi menjadi OC (green bean) mencapai 240 ton,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bondowoso, Ir. Moh. Erfan, M.Si.
Beliau menjelaskan ekspor kopi arabika Bondowoso meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 20 ton HS atau tiga kontainer pada pengiriman ekspor perdana. Peningkatan itu menyusul cukup tingginya permintaan pasar internasional. “Baru-baru ini ada pembeli (buyers) dari Amerika Serikat yang memesan satu kontainer kopi arabika Bondowoso, dan tahun depan juga akan memesan satu kontainer lagi,” ungkapnya.
Saat ini luas lahan kopi arabika yang dikelola rakyat di kawasan lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung di Bondowoso, mencapai tujuh ribu hektar yang sebagian besar berada di kawasan Perhutani dan terdapat 40 kelompok petani kopi rakyat di Bondowoso tersebar di beberapa kecamatan yang merupakan sentra penghasil kopi seperti Sumber Wringin, Sempol, Botolinggo, Cermee, Maesan dan Petani kopi arabika di Bondowoso itu dibina program ‘kluster petani kopi’ Bank Indonesia dan Puslit Kopi-Kakao Indonesia di Jember.
Pada tahun 2015 ini, ketujuh pihak mencanangkan target sepuluh ribu hektar tanaman kopi. Ketujuh pihak masing-masing memiliki porsi tersendiri yaitu dari segi kebijakan Dishutbun, dari rekayasa teknologi Puslit Koka, dari segi permodalan ada Bank Indonesia dan Bank Jatim, sedangkan APEKI dan LMDH selaku petani kopi sedangkan Perhutani memegang peranan yang cukup sentral yaitu sebagai pemangku kawasan hutan. Kopi Arabika Java Ijen-Raung memiliki rasa yang unik dan tidak tertandingi. Sumarhum, Ketua APEKI mengingatkan kopi akan terus diminati pasar Eropa dan Asia Timur jika semua pihak konsisten dalam penanaman kopi dalam hutan yang lestari. (Humas/ Pht/ Bwo/ Veni).
Copyright ©2015