KEDU UTARA, PERHUTANI (07/10/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara, di lereng hijau Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, masuk wilayah hutan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Lempuyangan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan  (BKPH) Ambarawa, mengalir deras air jernih dari tebing setinggi sekitar 45 meter, masyarakat mengenalnya sebagai Curug Semirang. Di balik keindahan alam yang menyejukkan itu, tersimpan kisah lama yang diwariskan turun-temurun: legenda Sari dan Sraya, dua murid yang menjadi saksi lahirnya air terjun indah ini.

Menurut cerita rakyat setempat, dahulu kala hidup seorang pertapa sakti bernama Resi Ajar. Ia memiliki dua murid setia, yaitu Sari dan Sraya. Keduanya dikenal patuh dan rajin membantu sang resi menjaga ketenangan padepokan di hutan lereng Ungaran. Suatu ketika, Resi Ajar memberikan amanat penting kepada Sraya untuk mencari dua bunga langka, Bunga Kalakecika dan Bunga Lanceng Putih, yang hanya mekar saat bulan purnama.

Sraya pun berangkat malam itu, meninggalkan Sari sendirian di padepokan. Saat menunggu, Sari diganggu oleh makhluk halus bernama Jin Barok, yang berusaha menakutinya. Sari ketakutan dan berlari menembus hutan hingga tiba di tepi jurang. Dalam kepanikan, kain jarik yang dikenakannya tersangkut dan terlepas, membuatnya terjatuh. Beruntung, Sraya yang baru kembali menemukan Sari dan berhasil mengusir Jin Barok.

Namun karena insiden itu, Sari merasa sangat malu. Dalam bahasa Jawa, “malu” disebut wirang, yang kemudian menjadi asal kata “Semirang” tempat di mana peristiwa memalukan itu terjadi. Sejak saat itu, air terjun yang mengalir di lokasi tersebut dikenal dengan nama “Curug Semirang”, sebagai pengingat kisah tentang keberanian, kesetiaan, dan penyesalan.

Kini, legenda itu hidup berdampingan dengan realitas modern. Curug Semirang menjadi salah satu destinasi wisata alam unggulan di wilayah RPH Lempuyangan, BKPH Ambarawa, yang dikelola melalui kerja sama antara Perhutani KPH Kedu Utara dan LMDH Semirang Indah Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Melalui pengelolaan kolaboratif ini, masyarakat desa sekitar hutan memperoleh manfaat ekonomi dari aktivitas wisata.

Warga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, mulai dari pengelolaan tiket dan parkir, jasa pemandu, warung makan, hingga penjualan cendera mata khas lokal. Banyak pelaku UMKM, pemilik kios dan warung di jalur pendakian, kini merasakan langsung peningkatan pendapatan dari ramainya pengunjung.

Administratur KPH Kedu Utara, Maria Endah Ambarwati, menyampaikan bahwa kolaborasi pengelolaan Curug Semirang merupakan wujud nyata sinergi antara Perhutani dan masyarakat desa hutan.

“Curug Semirang bukan hanya menyimpan nilai sejarah dan legenda lokal, tapi juga menjadi contoh keberhasilan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Melalui wisata ini, warga sekitar mendapat manfaat ekonomi tanpa meninggalkan prinsip kelestarian alam,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua LMDH Semirang Indah, Kusmanto, menambahkan bahwa pihaknya sangat bangga bisa berperan aktif dalam pengelolaan Curug Semirang. Tidak hanya menjaga kelestarian alam, tetapi juga memberikan kesempatan ekonomi bagi warga desa melalui UMKM, jasa pemandu, dan kegiatan wisata lainnya. “Kerja sama ini menunjukkan bahwa hutan lestari dan masyarakat sejahtera bisa berjalan beriringan,” ujarnya.

Kini, di balik suara gemuruh air dan kesejukan embun pagi, Curug Semirang menjadi saksi harmoninya alam, budaya, dan kesejahteraan manusia. Dari kisah Sari dan Sraya yang abadi, lahirlah semangat baru bagi masyarakat untuk menjaga warisan alam sekaligus memetik manfaatnya secara berkelanjutan. Keindahan alamnya menjadi daya tarik wisata yang terus berkembang, menghadirkan peluang ekonomi bagi generasi muda desa sekitar. Melalui dukungan semua pihak, Curug Semirang diharapkan dapat terus lestari dan menjadi kebanggaan daerah. Dan dari setiap tetes airnya, mengalir pesan tentang cinta, perjuangan, dan keberkahan bagi bumi Ungaran. (Kom-PHT/Kdu/Nurul)

Editor: Tri

Copyright © 2025