KOMPASIANA.COM (03/12/2025) | Sebagai mahasiswa Manajemen Perhotelan Vokasi Universitas Airlangga, rasa bangga terhadap kekayaan alam dan pesona pariwisata daerah terus tumbuh seiring perjalanan belajar di dunia hospitality. Sebagai mahasiswa perhotelan Nata Jelita Listya, Syakira Amira Rahmadhani, dan Fadillah Inastasia di bawah bimbingan dosen Jiwangga Hadi Nata S.E., M.SM., mendorong semangat untuk mengenalkan keindahan Banyuwangi dari sudut pandang generasi vokasi yang dekat dengan industri hospitality. Perjalanan pendidikan di kota ini bukan hanya tentang teori pengelolaan hotel, tetapi juga tentang memahami karakter destinasi wisata serta pentingnya keberlanjutan lingkungan. Dorongan untuk mengenalkan pariwisata yang berkelanjutan semakin kuat, hingga tercipta pembahasan mengenai Djawatan Benculuk sebagai salah satu pesona alam Banyuwangi yang patut dipromosikan sekaligus dijaga kelestariannya sebagai “Surga Hijau Banyuwangi”.
Keaslian Hutan Trembesi Djawatan Benculuk
Djawatan Benculuk yang berada di Banyuwangi adalah salah satu hutan trembesi paling terkenal di Indonesia, menawarkan suasana alami yang sejuk berkat deretan pohon-pohon besar yang ditumbuhi lumut. Lingkungan ini menciptakan pengalaman yang nyaman dan tenang bagi setiap pengunjung yang datang untuk menikmati keindahannya. Kawasan ini dikelola oleh Perhutani dengan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa ekosistemnya dapat terjaga dalam waktu lama. Pohon trembesi yang besar memiliki peran krusial dalam menyerap karbon, meningkatkan kualitas udara, serta menyediakan habitat alami bagi beragam spesies. Upaya untuk menjaga kelestarian dilakukan dengan membatasi pembangunan infrastruktur dan melaksanakan perawatan pohon secara rutin guna menghindari kerusakan lingkungan.
Kontribusi Terhadap Keanekaragaman Hayati dan Keterlibatan Masyarakat
Djawatan Benculuk menjadi tempat tinggal bagi berbagai jenis burung, serangga, dan tanaman liar yang mencerminkan tingginya keanekaragaman hayati di area tersebut. Kanopi pohon yang rimbun menciptakan kondisi mikroklimat yang stabil, mendukung pertumbuhan berbagai organisme di bawahnya, sehingga menjaga keseimbangan dalam ekosistem. Perkembangan kegiatan wisata di wilayah ini melibatkan masyarakat lokal sebagai pemandu wisata, penjaga kebersihan, serta pelaku UMKM yang menjual produk yang ramah lingkungan. Keterlibatan ini memberikan keuntungan ekonomi dan sekaligus membangun rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan hutan. Kerja sama ini sejalan dengan prinsip SDGs 15 yang menekankan pentingnya menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan.
Ekowisata dan Upaya Reboisasi Berkelanjutan
Prinsip ekowisata diterapkan di Djawatan dengan membuat jalur untuk pejalan kaki, tempat untuk berfoto, serta area aktivitas yang dirancang tanpa merusak tanah atau akar pohon. Para pengunjung diberi pemahaman mengenai pentingnya menjaga kebersihan, menghargai tumbuhan dan hewan, serta menghindari tindakan yang dapat mengganggu ekosistem. Inisiatif reboisasi dilakukan di sekitar wilayah tersebut melalui penanaman pohon baru, pemeliharaan bibit, dan perbaikan kualitas tanah untuk meningkatkan kemampuan lingkungan. Langkah-langkah ini sejalan dengan tujuan SDGs 15 yang berfokus pada pemulihan area yang mengalami degradasi serta pencegahan kerusakan lingkungan di masa mendatang. Program konservasi yang berkelanjutan ini berkontribusi pada upaya menjaga Djawatan sebagai ruang hijau yang bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Djawatan Benculuk bukan sekadar tempat wisata alami, tetapi juga merupakan bukti nyata komitmen Banyuwangi untuk melestarikan ekosistem darat. Keindahan hutan trembesi, keberagaman hayati yang melimpah, serta partisipasi aktif masyarakat setempat menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat sejalan dengan perkembangan ekonomi. Penerapan prinsip ekowisata yang berfokus pada konservasi dan program penanaman kembali membuat area ini sejalan dengan tujuan SDGs 15. Djawatan Benculuk layak dianggap sebagai “Surga Hijau Banyuwangi” yang harus dijaga keberlanjutannya untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Sumber : kompasiana.com