MERDEKA.COM (11/11/2017) | Semangat membangun Indonesia bersama, atau Indonesia Incorporated dari Kementerian Pariwisata RI dengan intansi lain terus bergulir.

Kini, giliran Pehutani mendukung program wisata Indonesia pada tahun 2020. Kemenpar dan Perhutani meluncurkan brand baru pengelolaan wisata alam, di Kawah Putih Ciwidey, Jawa Barat dan di BanyuNget, Trenggalek, Jawa Timur, pada Sabtu (11/11).

Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna mengatakan, Canopy brand atau identitas yang akan menaungi beragam karakter wisata alam Perhutani.

Dengan jaminan standar produk, pelayanan dan pengelolaan profesional dan berkualitas, Kawah Putih di Ciwidey dan BanyuNget di Trenggalek menjadi pilot project untuk pemenuhan standar Canopy tersebut.

“Peluncuran Canopy akan dilaksanakan serentak, di Ciwedey rencananya juga akan dihadiri Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Sedangkan di Trenggalek, nanti diluncurkan oleh Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perhutani Agus Setyaprastawa, bersama Wakil Bupati Kabupaten Trenggalek, Mochamad Nur Arifin,” ujar Denaldy dalam keterangan resminya, Jumat, (10/11).

Lantas apa tujuan Perhutani meluncurkan brand baru? Bagaimana dengan brand eco tourism sebelumnya? Denaldy memberikan jawaban secara sistematis .

Pihaknya ingin menghadirkan alternatif tempat liburan untuk anak-anak, supaya mereka kembali ke alam, ke hutan dengan sentuhan futuristik. Sedangkan untuk existing business dipertahankan maka Perhutani perlu lakukan rebranding ecotourism dengan Canopy ini.

“Saat ini kita tetapkan dulu dua pilot project di Kawah Putih dan Banyu Nget, kedepan brand baru ini akan menaungi wisata-wisata alam Perhutani khususnya lokasi wisata yang telah memenuhi unsur-unsur dan indikator dalam standar Canopy”, jelas Dirut Perhutani.

Penetapan brand untuk pengelolaan wisata alam Perhutani, lanjut Denaldy, bagian dari transformasi bisnis perusahaan tahap ke empat yaitu restrukturisasi bisnis terdiri dari revitalisasi existing business dan new business development seperti rencana pembangunan Ecotheme Park dengan luas lahan 600 Ha di kawasan hutan Bogor, dengan nilai investasi tahap pertama minimal US$ 1 miliar.

“Investor tentu saja harus yang memiliki pengalaman mengembangkan kawasan ecopark, sehingga apabila terwujud akan lebih meningkatkan daya jual wisata Indonesia di kancah internasional,” ujar dia.

Denaldy menambahkan, meskipun kontribusi bisnis wisata Perhutani masih relatif kecil dibanding bisnis kayu dan gumrosin. Pihaknya yakin, rebranding ecotourism ini akan segera mendongkrak pendapatan perusahaan pada 2018 nanti.

“Rebranding ini juga salah satu upaya Perhutani mendukung percepatan program pengembangan pariwisata Indonesia dan Indonesia Incorporated memiliki target menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia dengan target kunjungan 20 juta wisatawan pada tahun 2020,” ucap Denaldy.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi langkah perhutani meluncurkan branding Canopy ini. Menurut dia, ini merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk pengembangan bisnis wisata alam.

“Dari dulu saya berprinsip, tidak boleh merusak alam dan memegang teguh prinsip konservasi, karena pariwisata adalah urusan pelestarian. Ada banyak contoh, konservasi yang membawa rezeki jangka panjang. Justru kalau dirusak, dengan cepat akan menjadi malapetaka dan mudah menyelesaikannya,” ucap Arief Yahya.

Lagi-lagi Menpar Arief Yahya menyampaikan prinsip dalam pariwisata, semakin dilestarikan semakin mensejahterakan. “Jadi konservasi itu penting, tetapi harus mempertimbanglan dua aspek. Cultural valeu dan sekaligus commercial value,” katanya.

Sumber : merdeka.com
Tanggal : 11 November 2017