SURAKARTA, PERHUTANI (31/10/2025) | Dalam rangka menyemarakkan Imam Syuhodo Fair 2025 sekaligus memperingati milad ke-113 Muhammadiyah, Pondok Pesantren Muhammadiyah Modern Imam Syuhodo bekerja sama dengan Perhutani dan Majelis Lingkungan Hidup PCM Blimbing menyelenggarakan aksi penanaman 113 bibit pohon di Desa Kerjo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo pada Jumat (24/10).
Kegiatan yang mengusung tema “Menjaga Kelestarian Alam dan Menjaga Kesadaran Kelestarian Alam Sejak Dini” ini melibatkan santri, siswa-siswi, hingga tokoh masyarakat dalam satu gerakan hijau yang diharapkan menjadi simbol kepedulian terhadap kesehatan lingkungan dan kehidupan yang lebih berkelanjutan. Aksi seperti ini juga sesuai dengan tren nasional dimana BUMN kehutanan dan lembaga masyarakat bersama melaksanakan penanaman massal sebagai bagian dari kontribusi terhadap target rehabilitasi hutan dan lahan.
Administratur KPH Surakarta melalui Wakil Administratur, Bambang Sunarto, menyampaikan bahwa gerakan seperti ini sangat penting dalam upaya pelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Penanaman 113 bibit pohon ini bukan hanya simbol usia 113 tahun Muhammadiyah, tetapi wujud nyata komitmen kita bersama untuk menjaga alam dan menghidupkan ekosistem yang sehat. Perhutani mengapresiasi semua pihak yang terlibat dan siap mendukung terus-menerus agar kegiatan ini tidak berhenti di sini,” ujarnya.
Ketua Pondok Pesantren Imam Syuhodo, Ustad H. Sholahuddin Sirisar, menegaskan bahwa aksi ini juga membawa nilai edukasi dan spiritual bagi para santri.
“Melalui kegiatan ini, kami mengajarkan bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah. Kami berharap para santri tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi menjadi agen perubahan yang membawa pesan hijau ke keluarga dan lingkungan mereka,” tuturnya.
Dengan semangat “Inspiring Minds, Building Bridges, Spreading Goodness”, aksi penanaman ini diharapkan menjadi langkah awal menuju perubahan yang lebih besar. Harapannya ke depan, gerakan peduli kesehatan dan lingkungan hidup ini tidak hanya berlangsung satu hari saja, tetapi menjadi budaya rutin di sekolah, pesantren, dan masyarakat. Jika terus digalakkan secara berkelanjutan, generasi muda akan semakin sadar bahwa keberlanjutan alam dan kesehatan jiwa raga adalah dua hal yang tak terpisahkan. (Kom-PHT/Ska/Mar)
Editor: Tri
Copyright © 2025