Sebuah truk penuh kambing meluncur memasuki ibukota. Pemandangan biasa ketika hari raya qurban akan tiba.  Darimana kambing-kambing itu datang? Seorang pengemudi truk mengatakan bahwa yang diangkut kambing Jawarandu dari Sedayu, desa hutan di Kecamatan Loano, Kabupaten  Purworejo.

Kambing Jawarandu (Capra aegagrus hircus) adalah hasil perkawinan silang antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Selain dimanfaatkan dagingnya, kambing Jawarandu ini dapat menghasilkan susu rata-rata 1,5 liter per hari. Kotoran kambingnya juga bermanfaat bagi lingkungan untuk pupuk kandang penyubur tanaman. Hampir enam tahun terakhir kambing Jawarandu menjadi andalan ekonomi warga Sedayu.
Adalah Kosim, kepala desa Sedayu penggiat keberadaan ternak kambing Jawarandu ini. Awalnya tahun 2007, Kosim beberapa kali mendengar keluh kesah saudaranya yang tinggal di Jakarta saat menjadi panitia hari raya qurban. Katanya sulit mendapatkan kambing qurban yang sehat, bagus dan berkualitas. Selain harga mahal, kualitas dan kuantitasnya tidak sebanding dengan permintaan. Keluhan ini ditanggapi sebagai peluang emas, dan tidak disia-siakan kesempatan.
Awalnya Kosim ragu karena ia tidak memiliki keahlian berdagang. Dengan nekad, berbagai cara mulai ia lakukan untuk memenuhi permintaan kambing qurban. Ia membeli ke pasar, tetangga maupun kenalan diluar desa. Karena hasilnya kurang memuaskan maka sejak itu ia bertekad menternakkan kambing dirumah sendiri. Berbekal delapan ekor kambing, ia membuat kandang, belajar beternak otodidak.
Sebagai kepala desa tiga periode selama 18 tahun, Kosim ingin masyarakat desanya sejahtera. Usaha ternak kambing disebarluaskan ilmunya. Melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) binaan Perhutani Kedu Selatan, ia dipercaya warga menjadi ketua LMDH Sedyo Rahayu.  Semua anggota ia berikan pemahaman dan arahan cara beternak yang baik dan benar.
Jumlah ternak kambing kelompok LMDH bertambah karena tahun 2008 desa Sedayu mendapat bantuan 55 ekor kambing dari Dinas Peternakan. Dan Kosim berpikir mengembangkan kandang dan membuat pakan yang sehat.  Dengan kegigihannya, pinjaman lunak PKBL Rp. 10 juta didapat melalui Perhutani Kedu Selatan. Persyaratan tidak rumit, bunga sangat rendah serta jangka waktu tidak terlalu cepat pengembaliannya. Selama setahun modal itu kembali. Pinjaman PKBL kedua diterima kelompoknya tiga kali lipat dari pinjaman pertama, yaitu sebesar Rp. 30 juta.  Nilai yang sangat berarti bagi ukuran perdesaan memulai usaha.
Menurut Kosim, selain memberikan bantuan PKBL, petugas Perhutani juga mendorong kelompok mengikuti berbagai pelatihan peternakan dan teknologi pakannya. Ternak-ternak kambing desa Sedayu tidak semata-mata makan rumput, tetapi olahan dari daun jati yang dikumpulkan dari hutan Perhutani Kedu Selatan.  Daun-daun jati dirajang, dijemur.  Rajangan daun jati kering dicampur bekatul dan ampas tahu, kemudian diberi cairan khusus sebelum disiapkan sebagai pakan. Dengan pakan sederhana ini ternak kambing tumbuh cepat dan sehat.
Kosim, ayah lima anak, lulusan IAIN Yogyakarta ini kini menuai hasil. Tidak saja hasil material tetapi juga beberapa penghargaan. Sebut saja, LMDH Sedyo Rahayu pernah menjadi juara tiga kelompok nasional tahun 2008 dan terpilih ikut hadir pada acara peringatan HUT Kemerdekaan RI di istana negara.  Pada 6 April 2013, Gubernur Jawa Tengah mencanangkan desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo sebagai salah satu kampung Ternak Jawarandu.
Penghasilan pada awal usaha sekitar Rp. 3-5 juta rupiah perbulan, kini lebih dari Rp. 50 juta rupiah. Permintaan kambing terus mengalir dari kota-kota Jawa Tengah tetapi umumnya dari Jabodetabek.  Cara transaksinya tergolong unik. Sebulan sebelum hari H pemesanan, Kosim memastikan dahulu tempat untuk kambing-kambing pesanannya. Jika tempat sudah pasti, maka pengiriman dilakukan dengan truk pengangkut khusus. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan kambing-kambing dan menghindari kematian di perjalanan.
Keberhasilan usaha ternak kambing Jawarandu di desa Sedayu adalah keberhasilan pinjaman lunak PKBL BUMN. Tentu saja Kosim, anggota LMDH Sedyo Rahayu dan warga desa Sedayu umumnya yang telah mengenyam manfaat PKBL berharap pinjaman seperti ini tidak berhenti. Bantuan PKBL ibarat memberi kail, bukan memberi ikan. Nyatanya perekonomian warga desa Sedayu kian maju dengan kesederhanaan. Ketika semua orang melirik kota untuk berkerja, warga desa Sedayu justru sebaliknya, kambing saja yang ke kota. Tanpa harus ke kota, mereka dapat mencari nafkah di desa dengan beternak, ternak kambing Jawarandu andalan hutan Kedu.
Oleh: Soesi Sastro
Sumber: Majalah PKBL Action, No. 18, Th. II, September 2013