Bisnis.com, JAKARTA — Volume produksi kayu yang dihasilkan Perum Perhutani tahun lalu tercatat paling rendah dibandingkan empat tahun terakhir akibat pergantian strategi pasar yaitu hanya menjual produk sesuai permintaan pasar.

Meski demikian, Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan cara itu mampu menaikkan pendapatan penjualan kayu tahun ini. Pasalnya, pemotongan kayu sesuai kebutuhan mampu membuat harga kayu naik tajam 130%.

“Kita menerapkan market driven. Jadi itulah kenapa kenaikan kayu naik tajam, meskipun volumenya turun,” katanya dalam konferensi pers Kinerja Perhutani 2014, Selasa, (3/3/2015).

Tahun lalu, Mustoha menjelaskan produksi kayu yang dihasilkan pihaknya hanya mencapai 918.587 meter kubik atau menurun dari capaian 2013 sebesar 955.584 meter kubik.

Rinciannya, produksi kayu jati mencapai 455.995 meter kubik sedangkan kayu rimba mencapai 462.592 meter kubik. Padahal, produksi kayu rimba sempat mencapai 524.068 meter kubik pada tahun sebelumnya.

Adapun, volume produksi 2014 merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir. Volume produksi tahun 2011 bahkan masih lebih tinggi yakni 969.240 ton.

Dia memperkirakan volume penjualan produksi kayu tahun ini akan sama saja dengan capaian tahun lalu karena pihaknya menerapkan strategi yang sama.

Meski demikian, dia mengatakan hal tersebut sebagai efisiensi mengingat pendapatan yang dihasilkan dari naiknya harga kayu telah mengerek pencapaian tahun lalu.

Adapun, Mustoha menjelaskan, pendapatan yang didapatkan dari penjualan kayu tahun lalu mencapai Rp2,1 triliun, sedangkan untuk nonkayu mencapai Rp2,2 triliun.

Ke depan, pihaknya berkomitmen untuk memperluas pasar ekspor kayu yang saat ini komposisinya masih 20% untuk ekspor dan 80% untuk kebutuhan domestik.

“Mungkin akan 40% kita naikkan untuk ekspor, 60% untuk dalam negeri. Bertahap karena memang kebutuhan kayu dalam negeri juga cukup besar kan,” jelasnya.

Selain fokus pada ekspor, Mustoha mengatakan pihaknya juga akan memperkuat program integrated farming system atau sistem koorporatisasi pertanian di kawasan hutan.

Tahun ini, pihaknya telah mencanangkan 5.000 ha untuk penggemukan sapi di kawasan hutan atau yang disebut silvopastur dengan dana yang disiapkan mencapai Rp200 miliar.

Sumber : bisnis.com
Tanggal : 4 Maret 2015