KEDIRI, PERHUTANI (20/05/2022) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri menerima kunjungan dari Tim Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL)  Brantas Sampean dalam rangka penanganan khusus lahan kritis akibat dampak letusan Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jumat (20/05).

Kunjungan itu dilaksanakan dengan melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) di Wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pandantoyo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pare Kediri.

Tim BPDAS HL  Brantas Sampean, Endramawan menyampaikan, bahwa upaya penanganan lahan kritis terhadap dampak letusan Gunung Kelud di Kabupaten Kediri adalah dengan melakukan penanaman tanaman jenis pioner seperti kaliandra dan klereside yang fungsinya untuk memperbaiki tekstur tanah da media penyimpanan air sebelum pada akhirnya ditanami jenis-jenis tanaman berkayu keras.

Monev yang dimaksud jelas Endramawan adalah dengan keluasan hutan lindung yang terdampak letusan Gunung Kelud yang berada disisi Kabupaten Kediri seluas 3.333 ha.

Menurutnya, perlu penanganan khusus kurang lebih 200 ha terletak pada radius 1 km dari kawah disisi Kabupaten Kediri. Sedangkan penanganan dampak letusan yang sudah terealisasi kurang lebih sebesar 94 % ( 3.133 ha) dan sisa sebesar 6 % ( 200 ha.) dalam proses penanganan khusus dan harapannya pada Tahun 2023 dpat diselesaikan, terangnya.

Ikut mendampingi Tim, Giman selaku Kepala Seksi Madya Pembinaan SDH & Perhutanan Sosial Perhutani KPH Kediri mengatakan, bahwa luasan 3.133 ha tersebut, sudah dalam kondisi baik berupa tanaman kaliandra dan rimba campur dan seluas 372 ha dilaksanakan oleh Rehabilitasi Hutan Lindung (RHL) Internal Perhutani.

Sedangkan seluas 122,40 ha dilaksanakan oleh RHL Kementrian LHK dalam hal ini BPDAS HL Brantas Sampean dan Perhutani sedangkan sisanya seluas 2.618,6 ha dilaksanakan Perhutani dan masyarakat melalui kegiatan penghijauan atau penanaman bersama, papar Giman. (Kom-PHT/Kdr/Hen)

 

Editor : Uan

Copyright © 2022