SURAKARTA, PERHUTANI (30/06/2025) | Di tengah gempuran produk-produk pemanis buatan, kehadiran gula merah alami berbahan dasar tebu kembali menarik perhatian pasar. Di Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Banyurip Lestari meluncurkan produk unggulan bernama “Manisku”, sebuah inovasi gula merah yang diproses secara tradisional namun higienis.

Produk ini tak hanya menjadi bentuk diversifikasi hasil panen tebu masyarakat, tetapi juga menjadi nilai tambah (added value) yang memperkuat ekonomi desa hutan. Fenomena ini sejalan dengan tren kembali ke pangan alami dan sehat, sebagaimana diliput oleh berbagai media seperti Kompas dan Katadata yang mencatat meningkatnya minat masyarakat terhadap produk berbahan dasar lokal dan minim proses kimia.

Administratur KPH Surakarta melalui Kepala BKPH Tangen, Mastur, menyampaikan apresiasinya terhadap kreativitas LMDH dalam mengembangkan produk turunan tebu. “Perhutani sangat mendukung produksi gula merah seperti ‘Manisku’ ini karena mampu memberikan nilai tambah ekonomi tanpa merusak ekosistem hutan. Ini adalah bentuk konkret bagaimana hutan bisa lestari dan masyarakat sejahtera,” jelasnya.

Mastur juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini menjadi bagian dari pengelolaan hutan yang berkelanjutan, serta membuka peluang kemitraan dengan koperasi pangan maupun BUMDes.

Salah satu pengurus LMDH Banyurip Lestari, Jarwanto, menjelaskan bahwa produksi “Manisku” dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani hutan dengan sistem gotong royong.

“Kami memakai tebu dari hasil kebun agroforestry, diproses di tempat kami sendiri, tanpa bahan pengawet atau pemutih. Cita rasanya khas—manis legit alami, cocok untuk campuran wedang, masakan, dan camilan,” ujar Jarwanto. Ia menambahkan bahwa pemasaran dilakukan baik secara offline di pasar tradisional maupun online melalui platform media sosial dan e-commerce lokal, yang membuat produk ini makin dikenal luas.

Dengan semangat keberlanjutan dan rasa lokal yang kuat, “Manisku” dari Banyurip Lestari membuktikan bahwa hutan dan hasilnya bisa dikelola dengan bijak untuk memberi manfaat besar bagi masyarakat. Harapannya, produk ini dapat terus dikembangkan dan menjadi inspirasi bagi LMDH lainnya dalam mengolah hasil hutan bukan kayu menjadi sumber penghidupan yang lestari dan membanggakan. (Kom-PHT/Ska/Mar)

Editor: Tri

Copyright © 2025