Darmin, Mandor Tanam BKPH Ngliron KPH Randublatung diantara larikan tanaman pokok jati dan tanaman tumpangsari padi

RANDUBLATUNG – Pola tanam tumpangsari di kawasan hutan Perum Perhutani khususnya pada tanaman jati bisa memberikan nilai tambah bagi para petani hutan, karena dari kegiatan tersebut mereka bisa memperoleh penghasilan dari hasil tanaman palawija dan tanaman pertanian lainnya.  Memasuki kawasan hutan di Petak 49a RPH Kedungringin, BKPH Ngliron, KPH Randublatung kita akan melihat hamparan hijau segar yang menyergap pandangan mata.  Setelah didekati, hamparan tersebut ternyata berupa tanaman jati yang ditumpangsari dengan tanaman padi oleh masyarakat.

Kawasan hutan seluas 24,8 Ha tersebut pengelolaanya dipercayakan kepada seorang mandor tanam bernama Darmin (49 th).  “Pada petak ini ditanami dengan JPP (Jati Plus Perhutani) sedangkan untuk konservasi lahan juga ditanami dengan tanaman Kemlanding sebagai tanaman sela serta tanaman lain sebagi unsur pendukung,” kata Darmin saat ditemui usai melakukan pemeriksaan tanaman secara rutin.

Keberhasilan pembuatan tanaman pada lahan hutan tersebut tidak sepenuhnya bergantung pada petugas sendirian. Kehadiran para petani penggarap juga menjadi faktor penentu keberhasilan tanaman. “Masyarakat desa Ngliron sebagian besar menanam padi dan palawija seperti jagung, namun mereka lebih suka dengan jenis padi karena hasilnya bisa langsung dinikmati,” tambah Darmin.  Menurutnya, per hektar rata-rata dihasilkan 6 – 7 ton.  Jika dikalkulasi dari petak tersebut, petani bisa memperoleh sekitar 150 ton gabah kering panen.  Hasil yang cukup lumayan bagi para petani hutan.

( Andan.S- RDB)