Dok.Kom-PHT/Kng  @2015

Dok.Kom-PHT/Kng @2015

KUNINGAN, PERHUTANI (24/4) |  Curug Manteng merupakan situs budaya yang terletak di Petak 31.d RPH Cimara BKPH Cibingbin Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kuningan dengan keluasan sekitar 0,05 Ha dan termasuk wilayah administratif Desa Cimara Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan.

Curug Manteng erat kaitannya dengan hal-hal ghaib dan masih dipercaya oleh masyarakat sekitar, pada zaman dahulu ketika masa kepangeranan dan keresidenan Cirebon masih ada, sekitar abad ke-19 Masehi Para Wali dari Cirebon dan syekh Abdul Qadir Jaelani menyuruh seorang pangeran bernama Ajar Sakti agar mengembara naik turun gunung menyusuri gunung-gunung di Kuningan.

Pada suatu hari Ajar Sakti tiba di Gunung Tilu yang berada di sebelah Tenggara Kabupaten Kuningan, kemudian Ajar Sakti membuat sebuah tugu peringatan untuk memperingati datangnya ketempat tersebut. Setelah itu, Ajar Sakti memberi tahu warga dusun Cilumpang (sekarang menjadi Desa Cimara) dengan berkata “apabila ada musibah di desa, silahkan ziarahi tugu disebelah utara desa pada hari jum’at kliwon, meminta kepada Allah Swt disana”, kemudian mereka juga secara bersama-sama membuat sebuah curug yang bernam Curug Manteng yang ketinggianya sekitar 25 meter dan lebarnya sekitar 2,5 Meter dan curug tersebut ditunggu oleh Dewi Mayang Arum Taneman yang tempat kediamannya disebelah pohon kiara dan pohon beringin yang berada ditepi curug tersebut.

Jarak menuju curug tersebut sekitar 3 km dari perkampungan melalui pinggiran sungai dan pemandangan yang tersaji dari perjalanan sampai tempat tujuan sangatlah menyenangkan dari mulai gunung tilu yang masih rimbun oleh pepohonan yang hijau, sawah yang terhampar luas, leuwi batu, leuwi cadas, sungai Cijalengkok yang lebar dan memanjang.

Curug Manteng sendiri memiliki struktur yang unik dengan dihiasi akar pohon beringin dan air dingin asli pegunungan, air curug berasal dari mata air Gunung tilu dan masih jauh dari pencemaran, oleh karenanya air tersebut aman untuk diminum.

Selain sebagai objek wisata, Curug manteng ini masih erat kaitannya dengan kepercayaan-kepercayaan masyarakat akan hal-hal yang ghaib, misalnya dengan adanya Dewi Mayang Arum Taneman yang tidak dapat dilihat wujudnya, namun sampai dengan sekarang keberadaanya disana masih dipercayai warga.

Oleh warga sekitar sendiri dan pendatang dari luar desa tersebut, curug manteng ini sering diziarahi pada hari Jum’at Kliwon dengan maksud agar dapat dikabulkan semua keinginannya asalkan demi kebaikan. Pengunjung tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak sopan yang biasa disebut “pamali” oleh orang-orang tua dulu, misal meludah secara sembarangan, buang air besar dan berkata yang tidak sepantasnya.(Kom-PHT/Kng/Dan).

Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015