KPH BANDUNG SELATAN – Setelah berhasil mengembangkan tanaman kopi arabika diantara tanaman pokok kehutanan dengan system PHBM, Perhutani KPH Bandung Selatan kini menemukan tanaman yang kemungkinan cocok dikembangkan, karena memiliki sifat yang selaras dengan kaidah ekologis, ekonomi dan sosial.

Tanaman dengan nama Makadamia (pertama ditemukan oleh John Makadam) merupakan tanaman berkayu yang menghasilkan biji buah dan memiliki ekonomis yang tinggi.

Berdasarkan informasi dari Balai Penelitian Rempah dan Obat- obatan Lembang (BARLITRO) tanaman yang berasal dari Australia ini di indonesia ada dua macam, yang berdaun halus kecil memanjang dengan buah kecil dan daun besar memanjang bergerigi yang menghasilkan buah besar.

Kacang Pengisi Cokelat

Makadamia (Macadamia Integrifolia & Betche) berasal dari Australia adalah tanaman penghasil biji berkadar lemak tinggi. Biji Macadamia rasanya lezat dan manis, mengandung lemak 70 % atau lebih, dapat dimakan mentah, dibakar atau digoreng terlebih dahulu.

Genus ini dinamai John Macadam, rekan kerja Ferdinand Von Mueller yang pertama menemukanya. Hanya 2 spesies diambil kacangnya, M.intergrifolia dan M. tetraphylla.

Spesies lainnya memiliki biji yang beracun atau tidak dapat dimakan, misalnya M. whelanii dan M. ternifolia. Racun yang dikandung adalah cyanogenic glycosides.

Pada umumnya biji Makadamia dipergunakan sebagai pengisi cokelat. Produk Makadamia dalam bentuk cokelat batangan (macadamia bar) telah dipasarkan di beberapa kota terbesar di Indonesia. Produk Makadamia yang dipasarkan itu berasal   dari perusahaan industri pangan luar negeri seperti Van Houten, Meiji, Delfi dan Ceres.

Peluang pasar

Perusahaan industri pangan di berbagai negara dewasa ini mengimpor biji Makadamia

dari Australia dan Hawaii. Hasil kebun Makadamia di Hawaii sebagaian besar dipasarkan ke negara bagian di Amerika Serikat dan Jepang. Tanaman ini sedang dalam perhatian banyak pengusaha di luar negeri karena harga bijinya (sekitar A$ 2.5/kg di tingkat petani Australia) adalah yang paling mahal di antara berbagai jenis biji kacang –kacang yang banyak diperdagangkan seperti kacang mete , almond , pecan , kacang tanah , dll. Pabrik cokelat “Ceres” di Bandung telah memproduksi cokelat batangan berisi biji Makadamia, namun untuk keperluan itu biji Makadamianya masih diimpor.

Tempat Tumbuh

Di Indonesia pada mulanya tanaman ini diintroduksi sebagai tanaman koleksi di kebun raya. Di dalam buku Heyne (1950), De nuttige Planten Van Indonesia 1, tercatat bahwa tanaman Makadamia di kebun raya Cibodas ( Jabar) tumbuh baikdan berbuah secara teratur. Di kebun raya tersebut sekarang terdapat koleksi jenis M ternifolia (M. integrifolia) dan M.tetraphylla.

Spesies M. integrifolia sesuai untuk daerah dengan suhu malam hari rata-rata 18 oC. Kondisi demikian banyak dijumpai pada daerah dengan ketinggian sekitar 518 m (1700ft) dpl di Hawaii atau lebih dari 700 m dpl di daerah tropic seperti di Indonesia. Untuk daerah tropic di Indonesia terdapat tanaman Makadamia yang telah tumbuh baik dan berbuah di beberapa tempat dengan ketingian sekitar 1000 m di atas permukaan laut , misalnya di Cibodas dan Lembang (Jabar)

Sebagai Sekat Bakar

Selain itu menurut penelitian yang dilakuan di Australia jenis ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman sekat baker (sebagaimana keberhasilan macadamia hildebrandii)pada lahan kritis yang rentan kebakaran. Sehingga tanaman makadamia cocok ditanam dalam kawasan hutan yang rentan kebakaran hutan.

Studi Banding

Untuk meningkatkan pengetahuan petugas lapangan tentang tanaman tersebut, KPH Bandung Selatan akan mengadakan Study Banding ke Balai Penelitian Rempah dan Obat -obatan (BALITRO) Lembang. Studi Banding diikuti Asper, KRPH sampai tingkat mandor. Studi banding tersebut di isi dengan tinjauan mulai dari pembibitan, pemeliharaan dan mempelajari sifat sifat botani tanaman penghasil kacang termahal ini. Dengan diadakannya Study Banding tersebut diharapkan petugas lapangan mengenal dan mengerti cara–cara penanaman kacang langka tersebut, sehingga pelaksanaan dapat berhasil maksimal sesuai dengan aspek ekologis ,ekonomis dan sosial.

Sebetulnya pohon yang menghasilkan kacang termahal ini telah ditanam di kawasan hutan KPH Bandung Selatan kira-kira dari tahun 1999 di petak 4c RPH Patuha BKPH Ciwidey seluas 1 Ha. Kemudian saat ini terdapat sekitar kurang lebih 200 pohon yang sudah mulai berbuah. Sedangkan pemasaran kacang Makadamia berdasarkan keterangan dari BALITRO, jenis kacang Makadamia mempunyai prospek yang menjanjikan karena selain dijadikan minyak kacang Makadamia sering digunakan menjadi campuran coklat batangan. Melihat peluang pasar yang menjanjikan, maka KPH Bandung Selatan kini sedang mengkaji tanaman tersebut untuk dijadikan tanaman pengisi diantara kopi dan tanaman pokok. Untuk itu KPH Bandung Selatan merencanakan menanam tanaman tersebut serentak di beberapa BKPH yang cocok dengan persaratan tempat tumbuhnya.

(Humas KPH Bandung Selatan)