SURAKARTA, PERHUTANI (31/08/2025) | Perubahan iklim dan degradasi kualitas air di hulu hingga hilir sungai menjadi kekhawatiran utama dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), terutama dalam kawasan hutan produksi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mengirimkan mahasiswa ke Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta.
Pada Rabu (27/08) terjun ke lapangan guna mengukur Sectional Profile Length (SPL) dan debit sedimentasi sungai di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tangen. Tujuannya adalah mendapatkan data empiris tentang aliran sungai, besaran sedimen, dan potensi erosi guna memperkuat strategi konservasi dan kebijakan mitigasi hidrologi di hutan produksi.
Administratur KPH Surakarta melalui Kepala BKPH Tangen, Mastur, menyambut positif kegiatan magang ini. Ia menjelaskan bahwa SPL dan debit sedimentasi merupakan indikator penting dalam pemantauan dinamika DAS.
“Hasil pengukuran yang dilakukan mahasiswa magang UNS dapat memperkaya data lapangan Perhutani dan memperbaiki desain saluran air, sistem drainase, dan strategi penanaman penahan erosi. Kami berharap data ini melengkapi sistem monitoring hidrologi yang akan dibangun di Tangen,” ungkapnya.
Salah satu peserta magang, Rasendriya, turut menyampaikan bahwa melalui pengukuran menggunakan current meter serta sampel sedimen yang disaring dan ditimbang, mereka menemukan nilai SPL sekitar 5,2 meter, sedangkan konsentrasi sedimen tersuspensi (Cs) rata-rata sebesar 0,42 g/m³.
“Angka ini merefleksikan erosi yang cukup tinggi pada musim penghujan, apalagi di area hutan pinus dengan kemiringan tajam. Praktikum ini mempertegas pentingnya pengelolaan vegetasi penutup dan pembuatan cekdam kecil untuk menahan sedimen,” terangnya.
Magang mahasiswa UNS di Perhutani KPH Surakarta bukan hanya sekadar pelatihan ilmiah, tetapi juga momentum penting dalam penguatan data dasar hidrologi lapangan. Harapan ke depan adalah agar hasil pengukuran SPL dan sedimentasi ini menjadi input penting dalam perumusan rencana pengelolaan DAS, perencanaan konservasi lereng, dan mitigasi risiko banjir maupun pendangkalan sungai. Jika dikembangkan lebih lanjut, model kolaborasi antara akademisi dan pengelola hutan dapat menjadi rujukan kawasan hutan lain untuk menjaga keberlanjutan fungsi ekosistem sekaligus menunjang ketahanan lingkungan dan sumber daya air. (Kom-PHT/Ska/Mar)
Editor: Tri
Copyright © 2025