MADIUN – Bambang Budhiarto, Kepala Perhutani Unit II Jawa Timur mengatakan hal tersebut pada saat menghadiri Gelar Teknologi Budidaya Kedelai di Kawasan Hutan Kayu Putih di BKPH Sukun KPH Madiun yang masuk wilayah Desa Sidoharjo Kec. Pulung Kab. Ponorogo, Kamis (31/05). Acara tersebut merupakan kerjasama antara Perum Perhutani, Badan Litbang Pertanian Kementrian Pertanian, Pemkab Ponorogo serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan.

Menurut Bambang, kedelai, bersama jagung dan padi merupakan komoditi yang menjadi target peningkatan produksi oleh pemerintah yang didukung penuh oleh Kementerian BUMN melalui program GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi). Untuk itu, pada tahun ini pihaknya telah menyediakan lahan seluas 7.440 Ha untuk ditanami kedelai, yang beberapa diantaranya adalah lahan kawasan hutan kayu putih. Ditambahkan Bambang, tantangan terbesar dalam budidaya tanaman pangan secara tumpangsari di kawasan hutan adalah meningkatkan produktivitas.  Oleh karenanya, ia merasa gembira dengan diperkenalkannya teknologi penanaman kedelai yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) ini kepada LMDH-LMDH penanam kedelai.

Dengan teknologi ini, panen kedelai di hutan kayu putih mampu menghasilkan rata-rata 1,5 ton per hektar, bahkan beberapa petani mencapai hasil biji 2,2 ton per ha.  Ini meningkat dari rata-rata panen biasanya yang paling bagus hanya 1 ton per hektar. Beberapa hal yang diperkenalkan adalah pembuatan saluran drainase pada jarak 4–8 m dan penggunaan jarak tanam 40 cm x 15 cm.  Benih yang ditanam juga merupakan varietas unggul dengan daya tumbuh >90%.  Sementara pupuk dasar yang diberikan adalah 50 kg Urea/ha, SP36 100 kg/ha dan 100 kg KCl/ha. Pengendalian gulma dilakukan pada umur 2-3 minggu dan 4-5 minggu dan hama/penyakit dikendalikan mengikuti hasil pemantauan pengendalian hama terpadu.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman (Kapuslitbangtan) Dr. Hasil Sembiring mengatakan bahwa pemanfaatan lahan hutan untuk produksi kedelai merupakan terobosan yang menjadi perhatian Menteri Pertanian. Kedelai, dikatakannya, memiliki keunggulan tersendiri karena disamping hasil panennya, juga membantu menyuburkan lahan hutan.

Sementara itu, Bupati Ponorogo H. Amin, SH., menyatakan dirinya terkesan dengan keberhasilan teknologi ini dan mengharapkan agar pembinaan dilanjutkan dan dilaksanakan secara kontinyu kepada masyarakat tani di Kabupaten Ponorogo khususnya dan masyarakat tani di Indonesia pada umumnya.  Kepada segenap anggota LMDH, ia juga berpesan agar hak dan kewajiban dalam kerjasama dilaksanakan secara seimbang. “Setelah mendapat hasil dari pemanfaatan lahan, berupa kedelai jagung dan lainnya, masyarakat diwajibkan tetap menjaga fungsi kawasan hutan dan tidak mengubah status kepemilikan lahan,” ujarnya. Amin juga menegaskan agar masyarakat senantiasa berpartisipasi dalam menjaga keamanan hutan dari gangguan.

(Patuh Afandi/ Humas Jatim)