NGAWI, PERHUTANI (29/3/2025) Dalam rangka memperkuat strategi pengelolaan komoditas Jati untuk dapat memberikan nilai tambah perusahan sesuai Visi dan Misi Perhutani dalam mendukung keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan, Perhutani Forestry Institute (PeFI) menyelenggarakan kegiatan Diskusi Roadmap dan Kunjungan Lapangan Komoditas Jati di petak 7H Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Gendingan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Walikukun, petak 64D, 64F, 49B-1 RPH Sidowayah BKPH Kedunggalar, petak 16B RPH Kricak BKPH Sonde dan kunjungan dilanjutkan di lokasi Multi Usaha Kehutanan (MUK) BKPH Begal KPH Ngawi, pada Kamis (27/3).
Kegiatan ini dihadiri oleh Mohammad Na`iem, selaku Board of Advisor (BoA) PeFi sebagai ahli dibidang kehutanan, Dewan Pengawas Perhutani Noer Fauzi Rachman, Kepala Perhutani Forestry Institute Moch.Farid Januardi dan Administratur KPH Ngawi Andi Adrian Hidayat beserta jajaran.
Andi Adrian Hidayat selaku Administratur KPH Ngawi menyampaikan bahwa MUK sebelumnya adalah daerah konflik. Kemudian munculah ide untuk membuat tanaman dengan pola lorong dengan jalur penanaman Timur Barat. “Kami persilahkan PeFi untuk menjadikan MUK yang berada di KPH Ngawi sebagai tempat berlatih, belajar dan memperkaya ilmu. Sementara ditahun 2025 selain tanaman pertanian, kita sudah mengembangkan klaster pakan ternak untuk silvopastura,” kata Andi. Andi juga menyampaikan harapanya terkait penjarangan model lorong dengan arah lorong timur barat. “Apalagi untuk wilayah hutan yang masuk KHDPK, selain untuk mempercepat pertumbuhan tanaman Jati, bekas penjarangan juga cepat bisa digunakan untuk tanaman pertanian oleh masyarakat. Sehingga bisa meminimalisir konflik karena masyarakat bisa segera mengerjakan di lokasi bekas penjarangan,” imbuhnya.
Moch. Naim selaku Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM sangat mengapreasi terhadap pola tanam yang diterapkan pada MUK KPH Ngawi. “Kolaborasi tanaman kehutanan dan tanaman pertanian ini sangat bagus sebagai penunjang program pemerintah yaitu Ketahanan Pangan Nasional. Ada tanaman kayu putih, tanaman alpukat, jeruk, nangka, bahkan padi,” katanya.
Ditempat yang sama, Moch. Farid Januardi selaku Kepala Perhutani Forestry Institute (PeFi) menyampaikan bahwa MUK sebagai lokasi pengetahuan, baik untuk masyarakat, pemerintah daerah, juga untuk Perhutani sendiri. “Ilmu MUK yang ada di KPH Ngawi bisa dipanen pengetahuannya, dituliskan untuk nanti bisa ditularkan dan bisa diterapkan di KPH lain dengan pelatihan-pelatihan terlebih dahulu,” terangnya. (Kom-PHT/Ngw/Put)
Editor : LRA
Copyright©2025