INILAHKORAN.COM (3/9/2016) | Ada banyak obyek wisata alam di Kabupaten Garut menjadi tujuan kunjungan wisatawan sejak lama karena keindahan panoramanya yang eksotis. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satunya Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Gunung Papandayan Kecamatan Cisurupan yang dikenal sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Akan tetapi tahukah, bila di kawasan gunung api berketinggian sekitar 2.665 meter di atas permukaan laut itu kini terdapat lokasi obyek wisata baru yang tak kalah menjanjikan ? Yakni Curug Teko.

Kendati sama-sama berada di kawasan Gunung Papandayan, berbeda dengan obyek wisata TWA Kawah Papandayan yang berada di kawasan Seksi Konservasi Wilayah V Garut pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, obyek wisata Curug Teko berada di kawasan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Garut. Tepatnya di kawasan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BPKH) Bayongbong Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Cisurupan.

Letaknya yang persis sebelum kawasan TWA Kawah Papandayan membuat obyek wisata Curug Teko merupakan penyangga yang siap mencegat para pengunjung TWA Kawah Papandayan agar mampir.

Meski lebih dikenal dengan sebutan Curug Teko atau air terjun Teko, sesungguhnya bukan hanya air terjun yang menjadi daya tarik wisatanya melainkan lebih pada suasana alamnya nan indah dengan ragam hayatinya. Sehingga tak kalah eksotik dengan panorama Kawah Papandayan. Di sana pengunjung dapat menikmati pesona panorama matahari terbit dengan landskap kota Garut yang masih diselimuti kabut.

Sebutan Curug Teko terhadap air terjun yang ada di sana sendiri muncul karena debit aliran air terjun berketinggian sekitar 30 meter yang seperti cucuran air dari teko itu relatif tetap. Baik pada musim hujan maupun kemarau.

Curug Teko dikelola masyarakat tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Gandamekar Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan kerjasama Perum Perhutani KPH Garut. Luas lahan dikembangkan sebagai kawasan wisata Curug Teko sendiri mencapai sekitar 3 hektare.

Dengan pengelolaan berkonsep wanawisata terpadu (integrated forest torurism), banyak daya tarik wisata ditawarkan kepada pengunjung. Antara lain camping ground, wahana outbond, penginapan, rumah pohon dan villa, tenda, serta studi tour pelatihan agrobisnis kopi, dan sutra alam

Curug Teko berjarak sekitar 15 kilometer dari kota Garut. Berada sekitar 5 kilometer dari alun alun atau pusat Kecamatan Cisurupan, dan sekitar 3 kilometer sebelum Kawah Papandayan. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Menurut Ketua Badan Pengembangan Ekonomi dan Pariwisata LMDH Gandamekar Dindin El Fajr Ahmad Hubuddin, di kawasan Curug Teko juga cocok dikembangkan sebagai tempat olahraga rekreasi. Semisal off road, down hill moto cross, trekking adventure, paralayang, rock claimbing, repling, dan body rafting.

“Di kawasan ini sebenarnya cukup banyak potensi wisata lainnya yang laik dikembangkan. Seperti sumber mata air panas, dan dingin , situ Ciseupan, dan beberapa situ atau danau lainnya yang tertimbun lahar dan tanah, serta standing stock carbon,” ujar Dindin, Sabtu (3/9/16).

Administratur Kepala Perum Perhutani KPH Garut Dede Mulyana melalui Humas Tisna Rayadi menyebutkan, Curug Teko merupakan satu di antara tujuh titik obyek wisata pada kawasan Perum Perhutani KPH Garut direkomendasikan sebagai obyek wisata unggulan berbasis konservasi lingkungan. Pengelolaannya berpola pengelolaan bersama masyarakat tergabung dalam LMDH Gandamekar Desa Sirnajaya.

“Sangat bagus sebagai rest area, dan berkemah. Penataan sarana prasarananya dilakukan investor kerjasama LMDH. Untuk camping ground sendiri ada tiga titik lokasi dengan kapasitas 250 orang, 500 orang, dan sekitar seribu orang,” ujarnya.

Dia berharap Curug Teko bisa menjadi daerah tujuan wisata favorit yang terus berkembang. Sehingga melahirkan multiplayer effect yang bukan saja dapat menghasilkan pemasukan pendapatan bagi Perum Perhutani melainkan juga mengungkit tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.(ghi)

Tanggal : 3 September 2016
Sumber : inilahkoran.com