Pendapatan Kayu Dongkrak Kinerja Perum Perhutani

JAKARTA-Perum Perhutani mencetak kinerja mengilap sepanjang 2014. Setelah ditetapkan sebagai holding BUMN Kehutanan, Perhutani panen laba bersih Rp 380 miliar, naik hingga 83 persen dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp 207 miliar. Naiknya keuntungan perusahaan itu lantaran pendapatan dalam lima tahun terakhir rata-rata naik 15 persen. Pendapatan tercatat mencapai Rp 4,5 triliun.”Laba ini bisa naik paling menonjol hasil dari pendapatan kayu,” kata Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar di Jakarta, Selasa (3/3).

Pendapatan kayu pada 2014 naik sebanyak 25 persen menjadi Rp 2,1 triliun, sedangkan pada 2013 hanya sekitar Rp 1,7 triliun. Peningkatan pendapatan kayu tersebut paling utama melonjaknya harga kayu dalam tahun kemarin mencapai 130 persen. “Ini karena sepanjang 2014 kita menerapkan strategi, tidak akan tebang kayu kalau belum pasti pasarnya,” terangnya.

Meski pendapatan kayu meningkat, volume penjualan perusahaan mengalami penurunan. Ini menjadi prestasi menajemen perusahaan yang berhasil menciptakan efisiensi.

Di sisi lain, pendapatan dari nonkayu sepanjang 2014 mencatatkan angka Rp 1,9 triliun. Perusahaan terus meningkatkan kontribusi pendapatan dari sektor nonkayu di mana kontribusi pendapatan ke laba antara kayu dan nonkayu sepanjang 2014 sebesar 49:51. Sepanjang 2014 produksi kayu Perhutani mencapai 918.587 hektare (ha). Pada tahun sebelumnya produksi kayu 955.584 ha.

Perhutani ditetapkan sebagai holding BUMN Kehutanan dengan bergabungnya PT Inhutani I, II, III, IV, V, sehingga kini Perum Perhutani memiliki 8 anak perusahaan termasuk PT Perhutani Anugerah Kimia (PAK), PT Palawi Resosis, dan PT BUMN HL.

Mustoha mengatakah, dari 8 perusahaan tersebut, Perhutani adalah pengendali karena masing-masing sahamnya mayoritas dipegang oleh Perhutani. Kendati sebagai pemilik modal, sebagai entitas bisnis, Perhutani tetap menjalin kerja sama dengan anak perusahaan, misalnya anak perusahaan berperan menjadi kontraktor, suplier, dan pengolah getah pinus.

Sementara itu, untuk memperkuat lagi kinerja perusahaan, Perhutani berencana merambah bisnis daging dengan menggandeng BUMN lain yang sudah terbukti berpengalaman di lini bisnis ini.”Kita akan coba di daging, tapi ini masih rencana,” kata Mustoha.

Peluang bisnis daging dianggap memiliki prospek yang cerah mengingat hingga saat ini kebutuhan daging di Tanah Air masih tercatat defisit. Perhutani merancang, dalam pengembangan daging ini akan mengusung konsep integrasi peternakan-kehutanan. Konsep ini “akan dilakukan di seluruh area perusahaan di Jawa Barat, Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur. Pada tathap awal, disediakan lahan seluas 5 ribu ha di Jateng.

Direktur Keuangan Perhutani Morgan Sharif Lumban Batu menambahkan, tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 520 miliar. Capex itu salah satunya akan digunakan untuk pembangunan kantor pusat Perhutani. Sebab, saat ini kantor Perhutani masih menumpang di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. “Kita kan belum ada kantor pusat, ini kita masih numpang,” terangnya.

Sumber : Indopos, hal. 5
Tanggal : 4 Maret 2015