SUARAMERDEKA.CO.ID (05/03/2019) | Mayoritas petani di Desa Sawangan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, saat ini sedang panen jagung hibrida. Mereka menanam jagung tidak hanya di tanah milik sendiri, tapi juga di tanah milik Perhutani.

Pola kerja sama dengan Perhutani yang dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan ini tidak lepas dari peranan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Harapan, Desa Sawangan, Kecamatan Jeruklegi, Sumaryo. Sebab, sebagai Ketua Gapoktan Sumber Harapan, dia telah berhasil membangun kekompakan 10 kelompok tani (poktan) dengan jumlah anggota mencapai ratusan orang.

Kelompok tani yang menjadi anggota Gapoktan Sumber Harapan yaitu Poktan Cahaya Baru, Poktan Harapan Makmur, Poktan Sumber Makmur, Poktan Tani Laras, Poktan Widya Tani, Poktan Widya Tani I, Poktan Karya Taruna Tani, Poktan Karya Tani, Poktan Mugi Rahayu, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mugi Rahayu.

Menurut Sumaryo, dalam kerja sama tersebut petani diperbolehkan menanam jagung di tanah Perhutani. Namun para petani berkewajiban merawat dan menjaga tanaman tegakan milik Perhutani.

“Kerja sama ini sudah berlangsung cukup lama. Kami diizinkan menanam jagung di sela-sela tanaman tegakan milik Perhutani. Namun ada kewajiban yang harus dilakukan petani yaitu merawat dan menjaga tanaman tegakan milik Perhutani,” kata Sumaryo, baru-baru ini.

Berkat kerja sama ini, petani di Desa Sawangan bisa hidup lebih sejahtera. Sebab setiap petani menggarap lahan milik Perhutani minimal dua patok.

Setiap patok seluas 300 ubin. Berarti setiap petani memiliki tanah garapan minimal 600 ubin. Pada November 2018, semua petani secara kompak menanam jagung hibrida. Bibit jagung yang ditanam berasal dari bantuan pemerintah dan sebagian beli sendiri. Tanaman jagung tersebut telah dipenan dengan hasil yang baik.

“Pada awal petani panen jagung, harga masih Rp 4.500 per kilogram. Tapi begitu panen raya, harga turun menjadi Rp 3.600 per kilogram. Kami tentu berharap pemerintah ikut menjaga kestabilan harga jagung, karena para petani sudah bekerja keras membantu pemerintah agar bisa swasembada jagung sehingga diharapkan Indonesia tidak impor jagung lagi,” katanya.

Berkat bercocok tanam jagung di tanah Perhutani, petani bisa hidup lebih sejahtera. Sebab rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dari setiap satu hektare tanaman jagung yang dipanen bisa mencapai Rp 25 juta.

Sebab, setiap satu hektare bisa menghasilan delapan ton jagung. Penghasilan tersebut dihitung berdasarkan patokan harga pembelian pemerintah (HPP) yang hanya sebesar Rp 3.150/kg. Padahal saat ini harga jual jagung di pengepul Rp 3.600/kg.

Sumber : suaramerdeka.co.id

Tanggal : 5 Maret 2019