MOJOKERTO, PERHUTANI (04/12/2023) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto berhasil mengembangkan metode pembibitan tebu yang lebih efisien dan berkualitas. Dengan teknik Bud Chips nantinya akan dihasilkan bibit tebu, dalam jumlah yang lebih banyak dan menghemat penggunaan bibit saat pembibitan. “Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi gula, salah satunya dikarenakan rendahnya kualitas bibit tebu,” kata Supadi, saat penanaman bibit tebu di petak di Petak 16F, wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Garung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kambangan, Senin (04/12).

Ide tersebut lahir dari pemikiran seorang Asisten Perhutani (Asper) Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kambangan. Supadi prihatin dengan sulitnya mencari bibit tebu unggul dan berkualitas maka dia mengadopsi teknik pembibitan yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian dan Perkebunan. Hal ini berkaca dari dari rendahnya produksi gula dari tanaman tebu per hektarnya, yang tidak berimbang dengan tingginya konsumsi gula masyarakat yang tinggi mendorong untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Metode Bud Chips diyakini dapat meningkatkan kualitas bibit tebu. Teknik Bud Chips dilakukan dengan melakukan pengeboran di sekitar mata tunas secara melingkar, dengan mengikutsertakan sebagian titik akar tumbuh. Dengan cara ini bisa menghasilkan 10-15 anakan tanaman, jumlah yang lebih banyak dibanding dengan cara menanam konvensional yang hanya menghasilkan 8-10 anakan tanaman.

Tak hanya itu, metode Bud Chips mampu menghemat bibit hingga enam kali dibanding dengan cara menanam konvensional. Penggunaan teknik Bud Chips hanya membutuhkan bibit 1-2 ton per hektar, sedangkan penanaman konvensional membutuhkan bibit hingga 6-7 ton per hektar.

Administratur Perhutani Mojokerto, Andi Adrian Hidayat sangat mendukung upaya inovatif anak buahnya tersebut. Terlebih dengan pembibitan ini melibatkan masyarakat sekitar hutan, sehingga program kerjasama kemitraan produktif juga berjalan dengan baik. Menurutnya, metode bud chips ini juga perlu dikembangkan di wilayah Perhutani Mojokerto lebih luas.

“Apalagi bibit tebu yang ditanam pun bisa berproduksi hingga 95 ton per hektar. Sedangkan dengan metode bagal (konvensional) hanya mencapai 65 ton per hektarnya,” ungkap Andi tersenyum.

Di tempat yang sama Ketua LMDH Wono Asri, Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Lamongan, Hartono mengatakan, “Sebagai mitra kerja Perhutani senantiasa akan mendukung semua program yang dilaksanakan, dengan harapan bermanfaat, saling menguntungkan dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan,” ujarnya. (Kom-PHT/Mjkt/Abud)

Editor : LRA
Copyright © 2023