SEMARANG- Dalam kompleks Jateng Park diusulkan dibangun fasilitas meeting, incentive, convention and exhibition (MICE). Potensi pasar MICE cukup besar dan saat ini pendapatan wisata didapat dari MICE sedang tumbuh 50-60 persen. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng Prasetyo Aribowo mengatakan, MICE dapat mendongkrak kunjungan wisatawan domestik. Harus ada keunikan yang menjual untuk membuat Jateng Park berbeda dari tempat wisata lain. “Dari 417 lokasi wisata di Jateng, terdapat 132 wisata alam. Persoalan yang dihadapi semua belum dikemas maksimal,” ujarnya.
Berkaca dari tempat wisata di luar Jateng, 90 persen yang mendorong pengembangan tempat wisata adalah investor swasta. Saat ini di provinsi ini masih minim investor yang mau mengemas atau mendorong wisata seperti Trans Studio di Bandung dan Jatim Park di Jawa Timur. Jika wana wisata Penggaron milik Perhutani bisa dibuka aksesnya untuk swasta, maka bisa mengubah wajah Jateng.
“Dari 25 kapal cruiseyang datang ke Jateng paling banyak berkunjung ke Borobudur. Jumlah pengunjung dari kapal hanya sepertiga dari jumlah penumpang. Sebagian besar masih ada di dalam kapal menikmati fasilitas. Kalau Jateng Park ada, bisa menarik wisatawan yang selama ini hanya tinggal di dalam kapal,” katanya. Jika MoU antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemprov Jateng, Perum Perhutani, dan Bupati Semarang ditandatangani 30 Januari, maka diperkirakan pekerjaan fisik proyek ini baru dapat dimulai awal 2016. Konsep Unik Setelah MoU ada feasibility study, lalu penunjukan investor baik lewat penunjukan langsung atau tender yang paling cepat dilakukan Juni 2015.
Setelah lelang baru disusun amdal minimal selama dua bulan, kemudian detail engineering design (DED). “Pekerjaan fisik paling cepat baru bisa dilakukan pada awal 2016,” paparnya Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata ITB, Budi Faisal, yang menjadi konsultan pengembangan Wana Wisata Penggaron, menyatakan, perlu dipikirkan konsep yang unik agar Jateng Park dapat bersaing.
“Kalau hanya taman safari saingannya banyak. Di Jawa Timur sudah ada Jatim Park, di Jawa Barat sudah ada Jungle Land,” tuturnya. Pengembangan tidak hanya konservasi, tapi juga ada leisuredengan ditambah danau, outbound, taman safari, serta menonjolkan keunikan dengan menggaungkan budaya dan kearifan lokal. “Pembangunan Jateng Park tidak perlu langsung seluas 500 hektare, namun secara bertahap,” katanya. (J8, H81-85)
Sumber : Suara Merdeka
Tanggal : 1 Pebruari 2015