SUARAMERDEKA.COM (24/8/2020) | Proses pembangunan objek wisata Jateng Valley telah dimulai. Pembangunan akan menelan anggaran lebih dari Rp 1 triliun dan memakan waktu dua hingga empat tahun. Dari sisi visi, Jateng Valley akan dibuat menjadi objek wisata yang ikonik dan bisa menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.

Komisaris Utama PT Taman Wisata Jateng sebagai investor, Prijo Handoko Rahardjo menjelaskan, pembangunan Jateng Valley memakan waktu cukup lama. Menurutnya, gagasan membangun wisata di Hutan Penggaron, Kabupaten Semarang, sudah muncul sejak 2010, namun kandas karena birokrasi yang rumit. Barulah pada tahun 2017 ide tersebut disambut dan didukung oleh Pemprov Jateng, Perum Perhutani, dan Kementerian LHK serta BUMN.

Pada 12 Maret 2020 dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Perum Perhutani dan PT Penggaron Sarana Semesta (PSS) (Pemprov Jateng). Secara paralel juga dilakukan perjanjian antara PT PSS dengan PT Taman Wisata Jateng selaku investor. ”Satu dekade saya menantikan mimpi ini. Sebagai orang Semarang, saya ingin memberikan kontribusi kepada Jateng agar punya wisata ikonik, dibanggakan, futuristik, tapi berakar pada alam dan budaya Jawa,” kata Handoko, kemarin.

Sesuai MoU, nilai investasi untuk objek wisata seluas 371,88 hektare itu sebesar Rp 1 triliun, dan secara bertahap selambatnya dalam 10 tahun. PT TWJ akan mengembangkan Jateng Valley dengan konsesi 35 tahun. Namun, mengacu Permen LHK Nomor P.31 Tahun 2016 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Produksi, dari objek kerja sama lahan seluas 371,88 hektare, yang dapat dibangun sebagai sarana wisata hanya 10% (37,1 hektare).

Berdasarkan masterplan, Jateng Valley dibagi menjadi tiga kategori wahana. Pertama, Botanical Sanctuary yang meliputi Botanical Garden, Eco Safari, Canopy Walk, Riverside Walk, dan Eco Lake. Kedua, Sustainable Leisure yang terdiri atas Eco Theme Park, Water Park, Glamping, Hotel dan Resort, Farmland-Cimory Land, Bike Land, Treehouse Cafe, Eco Housing dan MICE Park. Ketiga, Futuristic Space yang dilengkapi Discovery Park, Noah’s Ark, Water Fountin Show, Lighting Forest, Java Educultural Park, Museum of Art, dan Museum of President.

Dirut PT PSS, Lies Bahunta mengatakan, Jateng Valley nanti akan menjadi Black Forest Indonesia. Black Forest adalah wisata hutan belantara yang gelap, tapi hijau dan asri yang terletak di Freiburg, Jerman. Namun, untuk membangunnya perlu kehati-hatian. ”Perhutani misalnya, menyangkut soal tanggung jawab terhadap pengelolaan hutan negara. Pemprov terkait manfaat dan dampak sosial ekonomi masyarakat, serta investor dari sisi bisnis,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bappeda Jateng Prasetyo Aribowo mengatakan, gagasan awal Jateng Valley adalah ikhtiar untuk menciptakan man made resources (wisata buatan manusia) yang berkelas dunia agar mampu menjaring turis asing berlama-lama di Jateng. ”Sesuai tagline ‘When Nature Meets Dream’, kami akan memberikan kepuasan kepada pelancong, khususnya mimpi-mimpi mereka soal tersedianya wisata yang modern, kekinian, tapi selaras dengan alam yang hijau dan berkultur Jawa,” katanya.

 

Sumber : suaramerdeka.com

Tanggal : 24 Agustus 2020