SURABAYA, PERHUTANI (7/9/2021) | Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Karuniawan Purwanto Sanjaya menemui Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dalam rangka silaturahmi dan membahas kondisi perkembangan pengelolan tanaman porang di Surabaya, Senin (7/9).

Dalam pertemuan yang berlangsung di rumah dinas Wakil Gubernur tersebut, Karuniawan Purwanto Sanjaya datang bersama Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang diwakili Kepala Bidang Pemantapan Kawasan Hutan dan Konservasi Iwan dan mantan Kepala Divisi Regional Jawa Timur Sangudi Muhammad.

Karuniawan Purwanto Sanjaya menyampaikan bahwa tanaman porang saat ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Menurutnya sebagai komoditas baru, tanaman porang memiliki manfaat utama sebagai bahan baku pembuatan tepung konjak sebagai bahan utama olahan konyaku dan shirataki.

“Selain itu, kadar karbohidrat dalam porang lebih sedikit dan cara budidayanya sangat mudah sehingga membuat tanaman ini menjadi komoditas baru yang relatif menjanjikan,” ujarnya.

Karuniawan menjelaskan jika tanaman porang ini sebenarnya sudah dikembangkan oleh Perhutani bersama masyarakat sekitar hutan di wilayah Saradan melalui Program Desa Klangon tahun 1985, karena mayoritas warganya saat itu masih banyak yang berpenghasilan dari hutan dengan menanam empon-empon mulai dari temulawak, kunyit dan lain lain.

Dengan harga jual porang saat ini yang menjanjikan, membuat banyak orang mulai membudidayakan tanaman tersebut. Tanaman porang sekali panen bisa menghasilkan 10-12 ton per hektarnya dengan kisaran harga anara 10-12 ribu lebih per kilogram.

Terkait dengan semakin banyaknya masyarakat yang menanam porang baik didalam kawasan hutan dan diluar kawasan, Karuniawan berharap ada dukungan dari Pemerintah Provinsi dalam pengelolaannya mulai dari hulu sampai kehilirnya.

“Jika perlu ada sertifikasi mulai dari bibit sampai pasca panen,” ujarnya.

Sementara itu Emil Dardak mengatakan, bahwa potensi porang yang sangat besar akan berpengaruh terhadap harga produksi umbi porang, untuk itu dia berharap bisnis porang di Jawa Timur bisa tetap terjaga tentang perbenihannya mulai dari umbi dan biji (katak) nya.

“Jangan sampai mobilisasi perbenihan terlalu bebas sehingga kedepan Jawa Timur justru kekurangan benih yang akan menyulitkan petani kita, sementara daerah lain sudah melimpah,” katanya.

Menurut Emil ada tiga hal permasalahan dalam pengembangan porang yaitu petani yang profesional, kompeten dan salah tanam (menggunakan areal sawah).

“Petani jangan sampai latah untuk ramai-ramai ikutan tanam porang, sehingga harga tidak bisa dikendalikan. Harus ada keseimbangan antara demand and supply, sehingga ada kestabilan profit margin yang diterima masyarakat, sehingga tetap berpihak pada petani,” pungkasnya. (Kom-PHT/DivreJatim/Dj)

Editor : Ywn

Copyright©2021