PIKIRAN-RAKYAT.COM (15/09/2025) | Kamera jebak (trap camera) yang dipasang Sanggabuana Wildlife Range, Prajurit Menlatpur KOSTRAD TNI AD, dan Perum Perhutani KPH Purwakarta di Pegunungan Sanggabuana Karawang berhasil merekam aktivitas induk macan Jawa (Panthera pardus melas).

Dari rekaman kamera itu terlihat induk macan sedang bersama dengan dua ekor anaknya di kawasan Pegunungan Sanggabuana. Rekaman menunjukkan dua ekor anak macan tutul jawa melanistik ini terdiri dari satu ekor anak macan tutul jawa normal (tutul) dan satu ekor lagi anak macan tutul jawa melanistik atau kumbang.

“Kamera jebak itu dipasang oleh tim Sanggabuana Javan Leopard Survei (SJLS) bersama KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, M.Sc pada Februari 2025 lalu,” ujar Bernard T. Wahyu Wiryanta, peneliti dan fotografer satwa liar yang menjadi leader Tim SJLS, Senin (15/9/2025).

Menurutnya, tim SJLS telah melaporkan hasil rekaman kamera berupa foto dan video karnivora besar terakhir di Pulau Jawa tersebut. Dari ratusan foto dan video itu teridentifikasi 19 individu macan tutul jawa.

“Hal ini sesuai dengan harapan Pak KSAD saat melepas tim ekspedisi beberapa waktu lalu,” kata Bernard.

Disebutkan, 19 individu macan tutul Jawa yang terekam, terdiri dari macan tutul jawa pola tutul atau kuning sebanyak 13 individu dewasa dan 1 individu anak. Sementara macan tutul jawa melanistik atau kumbang (hitam) sebanyak 4 individu dewasa dan 1 individu yang masih anak.

“Secara umum dari 19 individu macan tutul ini ditemukan 14 macan tutul dan 5 macan tutul melanistik atau kumbang. Atau 17 macan tutul dewasa dan 2 anak macan tutul. Sedangkan perbandingan jenis kelaminnya 11 macan tutul betina dan 3 macan tutul jantan, serta 3 macan kumbang betina dan 2 macan kumbang jantan,” kata Bernard.

Ada jenis macan tutul dan macan kumbang

Jelaskan juga, satu kamera jebak bahkan merekam induk macan tutul jawa melanistik atau kumbang yang membawa 2 ekor anaknya. Anak macan kumbang ini terdiri dari dua pola warna yang berbeda, yaitu satu melanistik dan satu tutul. Secara teori, kata Bernard, jika macan tutul dan macan kumbang kawin, maka anaknya bisa kumbang, tutul, atau dua duanya.

“Di Sanggabuana, anaknya mempunyai perbedaan pola, satu tutul dan satu kumbang dari induk macan kumbang,” kata Bernard.

Perhitungan individu macan tutul jawa, kata Bernard, dilakukan dengan menganalisa perbedaan pola tuitulnya. Setiap macan tutul jawa mempunyai perbedaan pola tutul yang unik dan berbeda tiap individu, sama seperti sidik jari pada manusia.

“Jadi hasil 19 individu macan tutul jawa ini terutama berdasarkan analisis perbedaan pola totol, termasuk perbedaan ukuran dan ciri fisik lain untuk yang macan kumbang dan pola tutulnya tidak terlihat jelas,” kata Bernard.

Selain merekam satwa liar yang menjadi target survei, 40 unit kamera jebak yang dipasang di 20 stasiun di Pegunungan Sanggabuana juga mereka satwa liar lain, termasuk satwa langka dilindungi. Dari data yang dikirim oleh Sanggabuana Conservation Foundation, tercatat ada elang jawa, elang brontok, kucing hutan, kancil, kijang, musang biul, lingsang, dan ayam hutan. Juga babi hutan, lutung jawa, surili, landak, trenggiling, burung hantu, burung paok pancawarna, dan tikus hutan yang terekam.

KSAD Sambut Gembira

“Termasuk data preferensi satwa mangsa, dan juga potensi ancaman terhadap keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana. Ini akan menjadi data yang akan kami pergunakan untuk menentukan program kerja pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana, terutama macan tutul jawa kedepan seperti apa.” ujar Bernard.

KSAD, Jenderal Maruli Simanjuntak menyambut gembira atas hasil separuh ekspedisi macan tutul jawa di Pegunungan Sanggbuana. Maruli menyebut upaya ini merupakan bentuk nyata komitmen TNI AD terhadap kelestarian alam dan ekosistem. Hal ini sejalan dengan program unggulan TNI AD “Bersatu Dengan Alam”.

“Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup generasi mendatang. TNI AD akan terus mendukung kegiatan pelestarian hutan lindung seperti ini,” kata Maruli. ***

Sumber : pikiran-rakyat.com