SEMARANG, PERHUTANI (30/05/2025) | Di usia yang baru menginjak 7 tahun, Hafiz Alfarizi Utdiono telah menginjakkan jejak kecilnya di salah satu puncak tertinggi di Jawa Tengah. Gunung Sindoro, yang menjulang setinggi 3.136 mdpl dan dikelola oleh Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara melalui jalur Kledung, menjadi saksi keberanian dan semangat bocah asal Semarang ini dalam menaklukkan alam.
Sabtu siang, langit Kledung cerah dan hangat ketika Hafiz mulai melangkahkan kakinya menuju Gunung Sindoro. Bagi sebagian besar anak seusianya, akhir pekan mungkin diisi dengan bermain game atau menonton televisi. Tapi tidak bagi Hafiz. Ia memilih mendaki gunung, menantang dirinya menembus jalur terjal dan cuaca yang tak selalu ramah. Yang lebih menakjubkan lagi, ini bukan pendakian pertamanya.
“Berwisata ke gunung sangatlah murah, saya hanya membayar tiket masuk sebesar Rp4.000 sudah dapat menikmati pemandangan yang sangat indah bersama keluarga, apabila ingin menggunakan ojek sampai ke pos 1itu juga bisa, harganya sekitar Rp20.000,” jelas ayahnya yang menjadi inspirator Hafiz selama ini.
“Kalau capek, istirahat. Tapi jangan berhenti,” sekilas ucapnya saat ditanya apa yang membuatnya terus melangkah.
Perjalanan dimulai pukul 12 siang, Jalur Kledung yang berundak dan rimbun itu jadi saksi bisu ketekunan langkah-langkah kecil Hafiz. Wajahnya serius, tapi matanya berbinar, Hafiz tahu ia sedang menaklukkan sesuatu yang besar. Menjelang maghrib, Hafiz dan tim sampai di area datar di atas Pos 3. Di sanalah mereka menginap.
Malam itu suhu menusuk, udara dingin memeluk kulit, tapi Hafiz tetap semangat. Ia menyukai suasana di tenda, makan malam sederhana, dan langit malam yang terbuka penuh bintang. Dini hari, tepat pukul 3 pagi, Hafiz kembali bersiap. Tujuan berikutnya, puncak Gunung Sindoro. Perjalanan gelap ditemani senter kepala dan suara alam. Setapak demi setapak ia lalui, sebagian sambil berpegangan tangan dengan ayahnya. Ia tahu, perjuangan belum selesai.
Dan akhirnya, pukul 8 pagi, Hafiz berdiri tegak di puncak Gunung Sindoro, 3.136 meter di atas permukaan laut. Di sekitarnya, laut awan menyambut, seakan memberi selamat. Wajah Hafiz berseri, tapi bukan hanya karena dia senang tapi lebih dari itu, ia bangga. Bangga telah percaya pada dirinya sendiri.
Apa yang dilakukan Hafiz bukan sekadar perjalanan fisik. Ia menunjukkan bahwa usia bukan batasan untuk bermimpi dan melangkah jauh. Ia mengajarkan kita anak muda maupun dewasa bahwa hal besar bisa dicapai dengan tekad sederhana dan keberanian untuk memulai.
Di tengah generasi yang semakin tergantung pada layar, Hafiz memilih hutan, tanah basah, dan kabut pagi. Ia menemukan pelajaran hidup dari setiap tanjakan dan turunan. Bukan untuk menjadi hebat di mata orang lain, tapi karena ia menikmati setiap detik perjuangan itu.
Gunung Sindoro adalah satu dari sekian banyak pendakiannya. Tapi kisah Hafiz di jalur Kledung ini akan selalu jadi pengingat, bahwa kemauan dan langkah kecil yang konsisten bisa membawa siapa pun, sekecil apa pun, menuju puncak tertinggi versinya masing-masing. (Kom-PHT/DivJateng/Isa)
Editor: Tri
Copyright © 2025