PIKIRAN-RAKYAT.COM (22/07/2025) | Perhutani KPH Purwodadi kembali menegaskan komitmennya pada inovasi kehutanan lewat riset bersama UGM terkait estimasi biomasa jati. Kerja sama ini fokus pada pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk mengukur biomasa permukaan (AGB) di kawasan hutan produksi milik Perhutani.
Kegiatan ilmiah ini digawangi Imam Hanafi, mahasiswa Magister Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM yang turun langsung ke wilayah KPH Purwodadi.
Penelitian lapangan dilakukan sejak awal Juli 2025 selama satu bulan penuh di tiga lokasi penting: BKPH Sambirejo, Tumpuk, dan Pojok. Metode penelitian ini menggabungkan data lapangan dan citra satelit seperti Sentinel-2, Landsat 9, hingga WorldView untuk analisis biomasa.
Administratur KPH Purwodadi, Ir. Untoro Tri Kurniawan, menyatakan dukungan penuh atas kegiatan ini sebagai bagian dari kolaborasi akademik. “Kami mendukung penuh penelitian ini karena relevan dengan kebutuhan manajemen hutan modern berbasis data dan teknologi,” ujar Untoro.
Selain riset biomasa oleh Imam Hanafi, Perhutani juga memfasilitasi penelitian Folu-Netsink oleh mahasiswa doktoral UGM sejak 2024. Keterbukaan terhadap riset menjadi bagian dari transformasi Perhutani menuju pengelolaan hutan adaptif, presisi, dan berkelanjutan.
“Teknologi penginderaan jauh adalah masa depan manajemen kehutanan. Kami ingin terus melibatkan akademisi,” tegas Untoro.
Dukungan juga datang dari jajaran lapangan. Kepala BKPH Sambirejo, Susilo, memastikan semua proses riset didampingi secara menyeluruh. “Kami bantu pemetaan, pengumpulan data, dan penyediaan informasi teknis agar penelitian ini berjalan optimal,” ungkap Susilo.
Imam Hanafi sendiri mengaku sangat terbantu dengan akses lapangan dan dukungan teknis dari Perhutani selama penelitian berlangsung. Ia berharap hasil risetnya bisa menjadi kontribusi ilmiah dalam monitoring hutan jati di Indonesia berbasis satelit dan validasi darat.
“Pendekatan multi-citra memungkinkan perbandingan akurasi estimasi biomasa. Ini penting untuk kebijakan hutan jangka panjang,” jelasnya.
Penggunaan teknologi satelit memungkinkan estimasi lebih cepat dan luas dibanding metode tradisional yang memakan waktu. Dalam jangka panjang, hasil riset ini diharapkan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan kehutanan berbasis bukti ilmiah.
Tren global mengarah ke pengelolaan sumber daya berbasis teknologi digital, termasuk kehutanan yang kini butuh pendekatan presisi.
Kolaborasi seperti ini penting untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan degradasi hutan yang semakin kompleks. Perhutani dan UGM membuktikan bahwa sinergi akademisi dan praktisi dapat melahirkan solusi kehutanan yang akurat dan inovatif.
Kegiatan ini menjadi contoh ideal bagaimana Perhutani KPH Purwodadi mendorong riset UGM demi manajemen hutan yang berbasis data. Dukungan berkelanjutan seperti ini juga memperkuat peran Perhutani dalam pengembangan ilmu kehutanan modern bersama UGM.
Sumber : pikiran-rakyat.com